Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Sleman, IDN Times - Pengamat pembangunan sosial dan kesejahteraan Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna menyoroti tragedi Kanjuruhan, Malang yang terjadi Sabtu (1/10/2022). 

Menurut Hempri, kasus di Kanjuruhan menjadi pelajaran berharga bagaimana dimensi sosial suporter seharusnya menjadi pertimbangan dalam melakukan penanganan suporter. Panitia pelaksana dan PSSI sudah saatnya tak hanya sekedar mengejar keuntungan komersial dengan melupakan aspek sosial.

 

1. Suporter pribadi unik, rela lakukan apapun untuk tim kesayangannya

Pengamat pembangunan sosial dan kesejahteraan Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna/pssleman.id

Menurutnya suporter khususnya sepak bola memiliki karakter unik dan semangat fanatisme yang luar biasa. Mereka rela mengeluarkan waktu, uang dan tenaga untuk mendukung tim kebanggaan mereka. Bahkan tidak jarang harus menjual barang yang dimiliki untuk menonton tim kesayangannya berlaga.

“Bagi mereka, sepak bola adalah harga diri dan martabat daerah atau martabat bangsa”, ujarnya Selasa (4/10/2022).

2. Pola penanganan suporter seharusnya persuasif

Editorial Team

Tonton lebih seru di