Proses pembuatan bubur sayur lodeh takjil warisan Panembahan Bodho. IDN Times/Daruwaskita
Pemilihan bubur sayur lodeh sebagai menu berbuka puasa selama bulan Ramadan di Masjid Sabilurrosya'ad memiliki banyak makna. Mengingat kata bubur sendiri berasal dari kata bibirin yang berarti kebagusan.
"Filosofi bubur kan halus ya dan halus itu bagus. Jadi maksudnya mungkin agama Islam akan sangat diterima masyarakat jika masuknya dengan cara yang halus dan tanpa kekerasan," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat desa di Kalurahan Wijirejo ini.
"Selain itu, mengapa dipilih bubur mungkin pada saat itu orang Jawa kesulitan makan, sehingga bagaimana nasi yang hanya satu kilogram bisa dibuat jadi banyak porsi atau beber. Nah caranya dibuat bubur ini biar semua kebagian makan," ujarnya.
Haryadi menjelaskan untuk bahan-bahan pembuatan bubur sayur ini berasal dari warga sekitar. Bahkan yang mengolah juga warga sekitar, sehingga biaya membuat menu tersebut tidak terlalu memakan biaya.
"Semua bahan dari masyarakat, seperti beras, kelapa dan sayur mayur untuk membuat lodeh. Selain sayur kadang ada warga yang menyumbang ayam atau bahan makanan lainnya, jadi lauknya tidak hanya sayur saja," katanya.