Numplak Wajik Awali Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Dipimpin Putri Sri Sultan Hamengku Buwono X

Intinya Sih...

  • Grebeg Maulud dimulai dengan prosesi Numplak Wajik di Keraton Yogyakarta
  • Prosesi diawali dengan permainan gejog lesung abdi dalem keparak dan dilanjutkan dengan doa yang dipimpin abdi dalem kaji
  • Kraton Jogja mengeluarkan 7 gunungan untuk Grebeg Maulud, yang masing-masing berisi hasil bumi dan makanan

Yogyakarta, IDN Times - Keraton Yogyakarta memulai prosesi Grebeg Maulud dengan Numplak Wajik. Dipimpin langsung GKR Mangkubumi selaku Penghageng KHP Datu Dana Suyasa Kraton Jogja, prosesi ini berlangsung di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Jumat sore (13/9/2024).

1. Makna dan tata cara Numplak Wajik

Numplak Wajik Awali Prosesi Grebeg Maulud Keraton YogyakartaGKR Mangkubumi memimpin prosesi Numplak Wajik Grebeg Maulud di Panti Pareden Magangan Kraton Jogja, Jumat (13/9/2024). (Arianto/IDNTIMES.com)

Prosesi numplak wajik diawali dengan permainan gejog lesung abdi dalem keparak. Musik ini mengiringi rombongan kerabat dan abdi dalem yang dipimpin oleh GKR Mangkubumi keluar dari Regol Kemagangan dan berjalan kaki menuju Panti Pareden.

Setelahnya, prosesi dilanjut dengan doa yang dipimpin abdi dalem kaji. Baru setelahnya para abdi dalem konco abang meletakan wajik ke landasan kerangka gunungan putri. Para abdi dalem perempuan lalu mengoleskan singgul atau dinglo bengle ke landasan gunungan.  

“Numplak wajik ini bagian dari grebeg, bermakna nyuwun pangestu (meminta restu) untuk grebeg nanti. Kalau grebegnya nanti tanggal 16 (16 September 2024). Numplak wajik itu tradisinya tiga hari sebelum grebeg,” kata GKR Mangkubumi usai prosesi Numplak Wajik, Jumat sore (13/9/2024).

2. Ada 7 gunungan, dibagikan ke rakyat

Numplak Wajik Awali Prosesi Grebeg Maulud Keraton YogyakartaPermainan gejog lesung mengiringi prosesi Numplak Wajik Grebeg Maulud di Panti Pareden Magangan Kraton Jogja, Jumat (13/9/2024). (Arianto/IDNTIMES.com)

GKR Mangkubumi mengatakan Kraton Jogja mengeluarkan 7 gunungan untuk Grebeg Maulud. Terdiri dari lima jenis gunungan yang berisikan hasil bumi dan makanan. Terdiri dari 3 gunungan Kakung, dan masing-masing satu gunungan Putri, Gepak, Darat dan Pawuhan.

Ketujuh gunungan ini nantinya keluar melalui Pagelaran Kraton Jogja. Setelahnya diarak oleh bregada prajurit menuju Masjid Gedhe. Setelah didoakan, gunungan dihantarkan ke Masjid Gedhe, Komplek Kepatihan Pemda DIY, Kadipaten Pura Pakualaman, dan Ndalem Mangkubumen.

Putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X ini menceritakan bahwa gunungan adalah bentuk pemberian sang raja kepada rakyatnya. Pada zaman dahulu dibagikan ke setiap Pangeran yang bertugas menjaga wilayah. 

“Kalau gunungan ini keluar waktu Grebeg Maulud tanggal 16 September. Ada 7 gunungan yang maknanya pemberian dari Ngarso Dalem (Sri Sutan Hamengku Buwono X),” katanya. 

Baca Juga: Asal Mula Saparan Bekakak Ambarketawang Tradisi di Era Sri Sultan HB I

3. Singgul Wujud Tolak Bala

Numplak Wajik Awali Prosesi Grebeg Maulud Keraton YogyakartaAntusiasme warga melihat prosesi Numplak Wajik Grebeg Maulud di Panti Pareden Magangan Kraton Jogja, Jumat (13/9/2024). (Arianto/IDNTIMES.com)

Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Kraton Jogja, Nyi Raden Riya Noorsundari, memastikan Kraton Jogja selalu menjaga nilai-nilai luhur grebeg. Termasuk rangkaian awal numplak wajik yang menjadi penanda dimulainya grebeg.

Prosesi numplak wajik juga selalu menjadi perhatian masyarakat. Terlebih prosesi ini memang terbuka untuk umum. Bahkan warga maupun wisatawan dapat meminta sisa singgul. Ini berupa rempah-rempah yang dioleskan pada landasan kerangka gunungan. 

“Singgul itu maknanya tolak bala terdiri. Biasanya kalau ada mantenan, sripah, dan nyebar udik-udik juga ada. Biasanya dioleskan di titik rawan manusia di belakang telinga, kaki dan tangan. Ini kayak menolak sawan (aura negatif),” katanya. 

Singgul sendiri merupakan ramuan rempah berwarna kuning. Komposisinya terbuat dari tepung beras, kunir dan kencur yang ditumbuk. Jika pada zaman dahulu kerap digunakan sebagai bedak dingin. Ini karena sensasi dingin yang ditimbulkan saat terkena kulit. 

“Nah, biasanya warga ke sini itu juga untuk meminta sisa dari singgul. Terkadang juga para abdi dalem lain juga meminta. Ada yang bawa wadah plastik atau langsung dioleskan ke kulit. Dipercaya sebagai penolak bala,” ujarnya. 

Baca Juga: Menikmati Tahu Guling Mbah Joyo, Kuliner Legendaris Pasar Godean

Arianto Photo Community Writer Arianto

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya