Tiket Pesawat Mahal Bikin STTKD Yogyakarta Ketar-ketir

Bantul, IDN Times - Duopoli maskapai penerbangan di Indonesia yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air telah menyebabkan harga tiket pesawat menjadi mahal. Jeritan konsumen pun terjadi ketika berlangsungnya arus mudik dan balik Lebaran sehingga berdampak pada berkurangnya pemudik yang menggunakan maskapai penerbangan karena harga tiket yang sangat mahal.
Tak hanya konsumen maskapai penerbangan yang mengeluh adanya tiket mahal. Lembaga pendidikan seperti Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaan (STTKD) Yogyakarta juga resah dengan harga tiket yang mahal yang berdampak pada penurunan jumlah penumpang dan ada penghentian pelayanan rute penerbangan oleh salah satu maskapai di Indonesia.
Jika kondisi ini terus berlangsung, STTKD Yogyakarta khawatir, jumlah penumpang yang terus menurun tak mampu lagi membiayai operasional suatu maskapai yang akhirnya akan gulung tikar dan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
1. 65 persen lulusan STTKD Yogyakarta bekerja di maskapai hingga airnav

Sekretaris Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaan (STTKD) Yogyakarta, M. Wasfan Wahyu Widodo yang menghasilkan lulusan setiap tahunnya mencapai 400 mahasiswanya tentu akan berpikir bagaimana nasib para lulusan ketika banyak maskapai yang melakukan rasionalisasi pegawai bahkan PHK karena perusahaan tutup.
"Kalau krisis penerbangan ini berlangsung lama tentu kita sangat khawatir dengan nasib para lulusan kita yang hampir 65 persen bekerja di maskapai, perusahaan pelayanan di bandara hingga di Airnav,"katanya di temui di Kampus STTKD Yogyakarta di Jalan Parangtritis, Bantul, Senin (10/6).
2. Duopoli maskapai penerbangan di Indonesia, seharusnya pemerintah bisa turun tangan

Pria yang pernah menjabat sebagai General Manajer Bandar Udara Iskandar Muda, Aceh ini menjelaskan duopoli maskapai penerbangan di Indonesia seharusnya tidak menjadi penyebab utama mahalnya harga tiket. Bagaimanapun, Garuda Indonesia adalah maskapai milik pemerintah yang orientasinya tidak hanya untung namun juga pelayanan kepada masyarakat dan sangat berbeda dengan Lion Air yang murni swasta dan orientasinya untung semata.
"Kalau Garuda Indonesia terkait mahalnya tiket maka pemerintah bisa melakukan "intervensi" agar tiket terjangkau. Sedangkan untuk maskapai Lion Air karena murni swasta tentunya harus sesuai mekanisme aturan yang ada," ujarnya.
3. Optimistis krisis penerbangan dengan tiket mahal tak akan berlangsung lama

Wasfan Wahyu Widodo mengatakan krisis maskapai penerbangan terkait dengan mahalnya harga tiket yang dampak buruknya maskapai akan gulung tikar karena tak laku dipastikan pemerintah akan turun tangan dan menemukan penyebab harga tiket mahal meski sudah ada aturan batas bawah dan batas atas.
"Saya kira pemerintah punya solusi akan krisis penerbangan komersial di Indonesia dan itu tak akan berlangsung lama,"ucapnya.
4. STTKD tetap menciptakan sarjana siap kerja

Meski ada krisis penerbangan di Indonesia, kata Wasfan, STTKD tetap memberikan pendidikan dan bekal serta terus melakukan pembekalan-pembekalan lain termasuk mempersiapkan lulusan untuk masuk revolusi 4.0 sehingga tak harus bekerja dalam bidang kedirgantaraan.
"Kita juga sedang melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di Korea untuk peningkatan kompetensi dari para mahasiswa sehingga ketika lulus nantinya sudah benar-benar siap kerja," tuturnya.
5. Wacana maskapai asing beroperasi di Indonesia bisa menguntungkan lulusan STTKD Yogyakarta

Terkait dengan wacana memasukkan maskapai asing agar harga tiket pesawat tak semahal saat ini, menurut Wasfan, hal tersebut merupakan salah satu solusi yang bisa diberikan oleh pemerintah. Jika ada maskapai asing yang beroperasi di Indonesia, tentunya peluang kerja bagi lulusan perguruan tinggi di Indonesia, termasuk lulusan STTKD, semakin terbuka.
"Tapi itu saya kembalikan lagi kepada pemerintah. Kita senang saja jika banyak maskapai yang beroperasi di Indonesia tentunya lowongan pekerjaan juga banyak dibutuhkan," pungkasnya sambil tersenyum.