Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Rejosari, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Sancoko. IDN Times/Daruwaskita
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Rejosari, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Sancoko mengatakan abrasi yang terjadi di kawasan Pantai Samas tidak saja karena faktor gelombang tinggi yang biasanya terjadi saat musim kemarau bersamaan dengan datangnya angin timuran. Namun faktor berpindahnya muara sungai Opak yang berada di timur bergeser mendekati Pantai Samas tepat di selatan Laguna Pantai Samas.
Adanya aliran sungai yang deras dari Sungai Opak dan Sungai Winogo Kecil menuju laut dan bertemu dengan gelombang pasang yang menuju daratan menyebabkan muara sungai terus bergerak dan merobohkan semua bangunan termasuk menghilangkan akses jalan warga serta menumbangkan pohon yang ada.
"Khususnya untuk Pantai Samas abrasi dipicu tiga faktor yakni gelombang tinggi, bergesernya muara sungai hingga derasnya aliran Sungai Opak dan Winongo Kecil," katanya.
Di tahun 2013 silam, gelombang tinggi terkadang sampai ke rumah warga di pesisir Pantai Samas namun tidak sampai merusak bangunan rumah warga.
"Dan beruntungnya antara Pantai Samas dan Pantai Depok ada penghalang alami yakni gurun pasir sebagai pembatas antara Pantai Samas dengan Laguna Pantai Samas sehingga saat gelombang pasang datang masih terhalang gurun pasir sehingga abrasi tidak terjadi," ucapnya.