Endi Yogananta yang anak istrinya menjadi korban pohon tumbang. (IDN Times/Tunggul Kumoro)
Biaya pemulihan Silvia, lanjut Endi, sejatinya tidaklah sedikit, sekitar Rp15-16 juta memasuki hari kedua kemarin perawatan. Ia juga memilih tak memanfaatkan BPJS agar istrinya mendapatkan pelayanan terbaik.
Teman-teman pasutri yang bersimpati akhirnya mendorong keduanya untuk membuka donasi. Namun, bukan soal materi intinya menurut Endi. Dia mengaku tak terlalu memikirkannya, karena yang disorotinya kini adalah di mana perhatian pemerintah.
Sebenarnya, apa yang menimpa Endi dan Silvia ini telah sampai ke telinga Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun. Dia juga sudah menjenguk.
"Datang, menyampaikan belasungkawa. Tapi tak ada kepastian atau arahan dari beliau," sebutnya.
Dinas Sosial Kabupaten Sleman juga sudah turun langsung, cuma mereka tidak bisa membantu mengingat Endi dan Silvia adalah warga Kota Yogyakarta.
"Dinas Sleman bilang, kalau masnya mau coba minta aja ke kota. Cuma, maksudnya adalah, saya bukan minta bantuan seperti kaya gitu. Tapi, tolong, saya itu kehilangan anak, istri saya lagi dirawat, tapi saya diminta mengurus yang gitu-gitu," ujarnya.
Padahal, selain harus menjaga istrinya, bisnis warung kopi yang jadi penopang keluarga jadi terbengkalai. Usaha berjalan bak tanpa nahkoda.
Harapannya, di saat seperti ini pemerintah bisa mengulurkan tangannya dalam bentuk apapun itu. Segala hal yang meringankan akan ia terima dengan ikhlas.
"Kalau dengan cara mengcover biaya (pengobatan) ya monggo. Tapi, saya jujur bingung kalau ditanya mau minta apa. Itikad baiknya aja, istri saya dibikin happy, dibikin sehat secara psikis, monggo, seperti apa," imbuhnya.
"Saya sih cuma pingin (ke depan) dinas-dinas terkait, yang fokus ke tata lingkungan itu lebih aware sama pohon di Jogja. Saya, istri saya, dan anak saya yang jadi contoh. Soalnya kalau didiamkan, ke depannya terulang lagi," pungkasnya.