Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sosialisasi dukungan umpan balik pasien TBC laportbc.id dan hotline kesehatan mental, di Grand Tjokro Yogyakarta, Kamis (16/3/2023). (IDN TImes/Herlambang Jati Kusumo).

Sleman, IDN Times - Penyakit Tuberculosis (TBC) masih menjadi tantangan di Indonesia, termasuk bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kesadaran masyarakat untuk melapor atau memeriksakan diri menjadi salah satu kendala penanganan TBC.

Diketahui saat ini Indonesia menempati posisi kedua kasus terbanyak di dunia setelah India. Global Tuberculosis Report (GTR) 2022 mengestimasi terdapat 969 ribu kasus TBC baru atau ada tambahan satu orang per 33 detik.

Pada tahun 2022, DIY mencapai 5.400 atau 51,3 persen. pasien TBC yang ditemukan dan diobati dari estimasi pusat untuk DIY sebanyak 10.531. "Ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat dan PR kita bersama," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari, di Grand Tjokro Yogyakarta, Kamis (16/3/2023).

1. Tiga akselerasi program TBC

Ilustrasi TBC (Wikimedia.org/CDC)

Rini menjelaskan setidaknya ada tiga akselerasi program TBC. Pertama, Active Case Finding (ACF) atau penemuan kasus secara aktif untuk menemukan kasus. "Melakukan edukasi kepada masyarakat umum, atau populasi berisiko," ujar Rini.

Hal kedua yaitu ekspansi pemberian Terapi Pencegahan Tuberculosis (TPT) untuk kontak serumah. Ini merupakan upaya mencegah orang dengan Infeksi Laten TB (ILTB) yang belum sakit TBC agar tidak berkembang menjadi sakit TBC Positif. Salah satu strateginya adalah memperkuat komunikasi informasi dan edukasi tentang pentingnya TPT agar meminimalkan keraguan masyarakat yang memenuhi kriteria untuk diberikan TPT.

Ketiga yaitu penguatan surveilans TBC untuk meminimalisir kasus yang tidak terlaporkan melalui strategi penguatan kapastias fasyankes dalam pencatatan pelaporan TBC melalui sistem informasi. Validasi data TBC di seluruh fasyankes. Penyisiran kasus TBC di rumah sakit pemerintah dan swasta, serta perluasan layanan TBC melalui big chain hospital dan fasyankes berjejaring.

2. Gabungan tiga beban kasus

Google

Tim Ahli Klinis TBC Resisten Obat, Nur Rahmi Ananda mengungkapkan jumlah kasus TBC mencapai 969 ribu kasus dan ternyata angka yang ternotifikasi atau pasien yang tercatat baru 443 ribu. Masih ada sekitar 500 ribu kasus yang belum ternotifikasi, artinya satu belum terdiagnosis, atau sudah terdiagnosis tapi belum tercatat.

Di antara  beban kasus di Indonesia, gabungan dari 3 beban kasus. "TBC untuk sensitif obat, yang kedua TBC HIV, dan yang ketiga adalah TBC resisten obat," ujar Nanda.

Ada berbagai hal penting yang bisa dilakukan yaitu menemukan secara dini kasus TBC, kedua adalah mengobati semua kasus sampai sembuh, dan yang terakhir adalah memberikan terapi pencegahan.

3. Diskriminasi harus dihapuskan

Gerakan melawan TBC (Antara)

Ketua POP TB Indonesia, Budi Hermawan mengatakan tidak hanya masalah kesehatan. Namun pasien TBC sering mendapat diskriminasi dari sejumlah pihak. "Stigma dan diskriminasi merupakan penyakit tambahan yang dialami oleh pasien TBC yang tidak dapat dideteksi oleh medis, tetapi ini sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan bagi pasien TBC," kata Budi.

Untuk merespon masalah tersebut POP TB Indonesia bersama PR Komunitas Penabulu-STPI mengembangkan laportbc.id untuk memberikan umpan balik guna perbaikan pada pengelola program dan pemerintah, serta layanan yang gunanya untuk memberikan masukan bukan dalam rangka mencari-cari kesalahan para pihak manapun.

"Goalnya adalah untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan penerimaan layanan TBC yang berkualitas dan berpusat pada pasien dengan melibatkan masyarakat dan populasi yang terdampak untuk mengeliminasi TBC pada akhir tahun 2030," ucap Budi.

SR TBC Siklus Indonesia DIY, Rakhmawati mengatakan untuk pengobatan pasien TBC perlu adanya dukungan semua pihak, hingga bisa sembuh tuntas. Dengan pasien sembuh meminimalisir bahkan mencegah penularan.

Editorial Team