Yogyakarta, IDN Times - Rumah Tak Layak Huni (RTLH) masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Teknologi 3D printing konstruksi diharap menjadi salah satu solusi untuk mendukung masyarakat bisa mengakses rumah layak huni.
Menurut Indikator Perumahan dan Kesehatan lingkungan 2023 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 36,85 persen rumah tangga yang masih menempati rumah yang tak layak huni. Masih rendahnya akses masyarakat terhadap hunian layak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya permasalahan ekonomi, di mana penghasilan masyarakat tidak sebanding dengan harga rumah layak.
Di tengah permasalahan tersebut, perusahaan rintisan asal Yogyakarta, Autoconz, hadir dengan komitmen untuk mendorong masyarakat dapat memiliki akses perumahan layak huni dengan menggunakan teknologi 3D printing konstruksi. Teknologi ini diharapkan dapat mengubah paradigma dalam pembangunan perumahan, menjadi lebih cepat, efisien, dan tentunya lebih terjangkau bagi masyarakat.
"Kami melihat saat ini masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk memiliki rumah yang layak huni. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk membantu masyarakat agar bisa memiliki akses perumahan layak huni dengan teknologi 3D printing konstruksi yang kami kembangkan," CEO Autoconz, Raja Rizqi Apriandy, Jumat (1/3/2024).