Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi tanaman bawang merah. IDN Times/Daruwaskita
Ilustrasi tanaman bawang merah. (IDN Times/Daruwaskita)

Intinya sih...

  • TKD di Karangasem, Gunungkidul dimanfaatkan sebagai sentra tanaman bawang merah

  • Optimalisasi TKD dikoordinasikan oleh DPTR DIY dan skema bagi hasil telah disepakati

  • Program ini merupakan bentuk perhatian Pemda DIY dalam memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani

Gunungkidul, IDN Times - Tanah kas desa (TKD) di Kalurahan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, seluas 4.000 meter persegi dimanfaatkan sebagai sentra tanaman bawang merah. Program ini didukung Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Dana Keistimewaan senilai Rp403 juta.

1. Optimalisasi TKD yang dikoordinasikan oleh DPTR DIY

Penamaan perdana bibit bawang merah di lahan TKD Kalurahan Karangasem, Gunungkidul. (Dok. Diskominfo Gunungkidul)

Lurah Karangasem, Parimin, menjelaskan bahwa program tersebut merupakan bagian dari upaya optimalisasi pemanfaatan TKD yang dikoordinasikan oleh Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (DPTR) DIY.

“Untuk tahap awal, kami menggandeng pihak ketiga profesional yang direkomendasikan Paniradya Keistimewaan DIY, guna meminimalisasi risiko kegagalan,” ujarnya, Kamis (10/7/2025).

2. Skema bagi hasil TKD yang ditanami bawang merah

Ilustrasi tanaman bawang merah (IDN Times/Daruwaskita)

Parimin menjelaskan, lahan seluas 4.000 meter persegi tersebut dibagi kepada empat kelompok, yang terdiri dari tiga kelompok tani dan satu lembaga. Skema bagi hasil pun telah disepakati, yakni 20 persen untuk pemilik lahan dan 20 persen masuk ke Pendapatan Asli Desa (PADes).

“Untuk 60 persen kita berikan bagi para petani pelaksana yang membantu menggarap lahan ini,” paparnya.

3. Bentuk perhatian Pemda DIY dalam memperkuat ketahanan pangan

Ilustrasi petani bawang merah. (IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menyebut program ini sebagai bentuk nyata perhatian Pemerintah Daerah DIY dalam memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani melalui diversifikasi komoditas lokal.

“Bawang merah memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi besar untuk dikembangkan di Gunungkidul. Program ini bukan sekadar penanaman, tetapi bagian dari strategi pembangunan berbasis keistimewaan yang mengedepankan nilai-nilai lokal dan budaya agraris,” jelasnya.

Ia menambahkan, keberhasilan program ini membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, petani, akademisi, hingga pelaku usaha.

“Saya berharap program ini berlanjut hingga pascapanen dan pemasaran, agar benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Editorial Team