Petugas melakukan pengecekan suhu tubuh terhadap pengunjung kawasan Malioboro. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Bahkan, dengan menerapkan protokol kesehatan secara maksimal pun menurut Sultan, sama sekali belum cukup. Kata dia, masing-masing pemerintah kabupaten/kota harus memonitor tiap-tiap pengunjung destinasi wisata, hotel, mal, maupun resto.
Metode yang ditawarkannya, adalah dengan memanfaatkan aplikasi Cared+ Jogja yang didesain sebagai ID digital buat para pengunjung. Ini dimaksudkan untuk tujuan penelusuran kontak atau contact tracing.
"Kalau buka pariwisata di Kaliurang, di Parangtritis, Gunungkidul, silahkan. Tapi, nanti lain waktu, yang datang kan bukan hanya orang jgja. Nanti kalau lain waktu ternyata mereka ada yang positif, itu bagaimana kita akan tracing," kata Sultan.
Memanfaatkan aplikasi Cared+ Jogja ini, proses penelusuran akan jauh lebih mudah. Cara kerjanya, siapa saja yang hendak berwisata maupun berekreasi di DIY wajib memasukan data pribadi melalui aplikasi ini sebelum nantinya memperoleh kode QR untuk dipindai oleh petugas dari pihak pengelola hotel, tempat wisata, dan lain sebagainya.
Kode QR memuat data pengunjung tadi secara otomatis akan disetor ke Diskominfo DIY. Cara kerja aplikasi ini lebih kurang mirip dengan sistem pindai kode QR yang diterapkan Pemerintah Kota Yogyakarta di area Malioboro. Bedanya, bisa dipakai di lebih dari satu lokasi, lantaran terintegrasi dan berbasis data tunggal.
"Nanti di situ ada jamnya (pengunjung) pada waktu masuk. Dengan jamnya itu, kalau ada di antara mereka yang jam itu ada yang akhirnya, positif, biarpun dia orang Semarang, atau manapun, itu tracingnya di dalam daftar (pengunjung) ada. Jam sekian oh si ini, nomernya HP sekian, dari Jogja, dari Solo. Sehingga kita tidak kesulitan," bebernya.