Study Tour Dilarang, Agen Travel di Jogja Ogah Promosikan Jawa Barat

- Agen travel di Yogyakarta sepakat tak promosikan Jawa Barat sebagai destinasi wisata
- Pelaku wisata tetap layani kunjungan ke Jabar meski tak promosikan destinasi wisata
- Biaya study tour sering kali di-mark up secara ugal-ugalan oleh panitia, terutama di Jawa Barat
Bantul, IDN Times - Pekerja wisata di Jawa Barat menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Sate, Senin (21/7/2025), menuntut Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mencabut larangan study tour bagi pelajar.
Aksi ini juga diikuti oleh pelaku wisata jip Lava Tour Merapi yang turut terdampak kebijakan tersebut. Larangan study tour dinilai memukul sektor pariwisata, terutama destinasi yang selama ini menjadi tujuan utama pelajar.
Sejumlah pelaku wisata di Yogyakarta juga angkat bicara. Mereka menyebut kebijakan Gubernur Jawa Barat menyebabkan penurunan jumlah kunjungan, tak hanya ke Yogyakarta, tapi juga ke daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali.
1. Ada kesepakatan tak tertulis agen perjalanan wisata tak promosikan Jabar ke wisatawan

Marketing PO Sumber Sejahtera, Joko Andriyanto, menyebut kebijakan Gubernur Jawa Barat mulai berdampak di Yogyakarta, terutama di Bantul. Ia menyebut adanya penurunan jumlah wisatawan selama libur panjang sekolah.
"Kan jumlah wisatawan yang datang ke Bantul khususnya rombongan study tour pelajar dari Jawa Barat turun drastis," katanya, Rabu (23/7/2025).
Setelah larangan study tour bagi pelajar diberlakukan, Joko mengaku sejumlah agen perjalanan juga membuat kesepakatan tidak tertulis untuk tidak lagi mempromosikan Jawa Barat sebagai destinasi wisata. Mereka memilih mengalihkan promosi ke wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB.
"Itu bentuk solidaritas sebagai pelaku wisata di Yogyakarta. Bahkan ada agen perjalanan di Jateng dan Jawa Timur juga melakukan hal yang sama. Tapi sifatnya bukan organisasi dan tidak tertulis," tuturnya.
2. Tetap layani wisatawan yang akan berwisata ke Jabar meski tak promosikan destinasi wisata di Bumi Pasundan

Meski ada kesepakatan tidak tertulis dan sejumlah proposal kunjungan wisata hanya ditumpuk sementara, pelaku wisata seperti biro perjalanan dan pengusaha bus pariwisata tetap melayani wisatawan yang ingin berkunjung ke Jawa Barat.
"Jadi kita sifatnya tidak lagi menawarkan destinasi di Jawa Barat namun tetap melayani jika ada wisatawan yang ingin berkunjung ke Jawa Barat," ujar Joko. "Tapi yang jelas proposal penawaran kunjungan wisatawan ke destinasi di Jawa Barat kita kesampingkan dulu," tambah dia.
3. Panitia kerap mark-up secara ugal-ugalan biaya study tour

Marketing Arra Tour, Boim, membenarkan adanya kesepakatan tidak tertulis dari sejumlah biro perjalanan wisata di Yogyakarta untuk tidak mempromosikan Jawa Barat sebagai destinasi wisata. Namun, menurutnya, kesepakatan itu bersifat pribadi, bukan atas nama organisasi.
Kendati, ia menilai biro perjalanan di Yogyakarta tak terlalu terdampak atas kebijakan tersebut. Dampak dari larangan study tour paling dirasakan oleh hotel, restoran, objek wisata serta pelaku wisata di objek wisata.
"Sebenarnya kalau biro perjalanan wisata itu tidak ada dampaknya khususnya di Yogyakarta ya. Kalau di Jawa Barat jelas terkena imbasnya sangat berat," katanya. "Kan ada hotel atau restoran yang juga memiliki biro perjalanan wisata. Itu yang terdampak. Kalau murni usaha biro perjalanan wisata di Yogyakarta, tidak ada dampaknya," imbuh Boim.
Di sisi lain, ustru mendukung kebijakan Gubernur Jawa Barat soal larangan study tour pelajar. Ia menilai panitia study tour kerap bertindak semena-mena dalam menentukan biaya kepada orang tua murid.
"Kita itu juga memiliki biro perjalanan wisata di Jawa Barat. Jadi mark up biaya study tour bisa sampai Rp600 ribu untuk setiap siswa. Kita juga terkadang kasihan kepada orang tua siswa," ucapnya. "Sebenarnya manajemen panitia study tour yang harus dibenahi sehingga biaya relatif terjangkau," tutup dia.