Semasa hidupnya, almarhum dikenal pernah menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Parasraya Budaya, Penghageng Tepas Panitikismo, serta Penghageng KHP Wahono Sarto Kriyo Keraton Yogyakarta.
Sepenuturan Gusti Prabu, Gusti Hadi adalah sosok yang ulung, kompeten, dan profesional dalam menjalankan tugasnya.
"Beliau di Panitikismo dan Wahono Sarto Kriyo itu (mengurus) bangunan dan tanah (kasultanan). Jadi beliau ini cara kerjanya juga bagus tidak kenal lelah, selalu koordinasi dengan pemerintah daerah," bebernya.
Tak kenal lelah, bahkan Gusti Hadi seringkali lupa akan kondisi fisiknya. Mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu demi memenuhi tanggungjawabnya.
"Mobilitasnya masih tinggi, jadi tidak dirasakan walaupun sudah naik ke mobil sudah susah payah, jalan juga sudah susah. Tapi beliau tetap aktivitas masih tetap tinggi," lanjut Gusti Prabu.
"Memang beliau ini sudah gerah sepuh jadi beberapa waktu terakhir fisik agak kurang fit. Kemarin terakhir masih aktif ngantor terus acara apa, itu mesti datang. Tidak dirasakan sakitnya," ucapnya menambahkan.
Bagaimanapun, almarhum akhirnya mencapai batasnya. Gusti Hadi harus dilarikan dan dirawat di RSUP Dr. Sardjito karena merasa sesak napas saat berada di Kompleks Pracimasono, Keraton Yogyakarta, Senin (29/3/2021) kemarin.
Gusti Prabu mengaku pun menjadi salah seorang yang setia menemani ketika Gusti Hadi dirawat di ICCU. Meski, ia tak tega menyaksikan saudaranya tersebut dipasangi alat bantu pernapasan.
"Saya sudah mau nangis itu, karena ada alat bantu pernapasan terus saya lihat detak jantungnya sudah 40-50 persen naiknya gitu. Saya pulang saja tidak bisa tidur. Sampai setengah dua baru bisa tidur," bebernya.