Acara Farewell Party SMA Stela Duce 2 (Stero) Kota Yogyakarta. (Dokumentasi OSIS Stero)
Sejarah farewell party atau prom night berasal dari sebuah pesta yang disebut Debutante ball. Dilansir laman The History of Prom, Debutante Ball atau coming-out party adalah gelaran pesta dansa, untuk memperkenalkan perempuan yang berusia dewasa dari keluarga bangsawan ke dunia sosial.
Debutante ball adalah tradisi para bangsawan untuk menunjukkan identitas, status sosial, serta kekayaan keluarga mereka ke pergaulan kelas atas.
Prom merupakan singkatan dari kata promenade yaitu gelaran acara bagi mahasiswa berusia 21-22 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Tujuan dari acara ini sama seperti debutante ball, yaitu untuk menunjukkan etika, sopan santun, serta status sosial mereka. Promenade pertama kali digelar pada abad 19 di wilayah Northeast.
Mengapa acara ini membutuhkan biaya mahal? Debutante ball hanya bisa digelar oleh para bangsawan kaya pada masanya. Oleh karena itu, masyarakat menengah yang tak mampu menggelar acara ini, biasanya mengadakan pesta serupa di akademi pendidikan yang kemudian dikenal dengan istilah prom.
Dilansir The Pirateer, pada 1930-an, acara prom mulai dilakukan di sekolah menengah atas dan digelar untuk para siswa tingkat akhir yang berusia 17-18 tahun.
Dalam perjalanannya, terdapat aturan bahwa sekolah tidak boleh membedakan siswanya berdasarkan ras, namun masih ada sekolah yang membedakan pesta prom untuk siswa berkulit putih dan gelap. Di tahun 1970, di sebuah sekolah di Mississippi, para orang tua siswa kulit putih mengelompokkan undangan khusus untuk siswa "sebangsanya".Padahal di tahun tersebut siswa berkulit gelap mulai bergabung dalam pesta prom yang sama. Sebagai balasan dari tindakan tersebut, orang tua siswa berkulit gelap pun menggelar pesta prom terpisah dan hanya dihadiri oleh siswa berkulit gelap.
Selain aturan yang terkesan rasis, terdapat juga aturan yang mengarah pada misoginis. Siswa perempuan dilarang untuk memakai pakaian yang terkesan maskulin. Terdapat juga aturan yang menyatakan, bahwa hanya siswa laki-laki yang diperbolehkan untuk mengundang pasangan ke pesta prom. Hal ini dipercaya jika pihak perempuan yang mengajak pasangannya ke prom, maka hubungan percintaannya akan kandas.
Menurut laman Teen Vogue, di Jerman acara prom disebut dengan istilah abitu, di mana orang tua, murid, serta para guru berkumpul untuk berdansa sambil mengakhiri waktu di sekolah bersama.
Sementara di Finlandia, istilah prom dikenal dengan nama vanhojen tanssit. Meski untuk merayakan kelulusan, pesta ini juga sering dijadikan sebagai perayaan bagi siswa tingkat kedua, sebelum mereka resmi menjadi siswa tingkat akhir.