Mutasi Baru Corona di Inggris Diduga Tingkatkan Transmisi Antarmanusia

Peningkatan transmisi mencapai 70 persen lebih tinggi

Sleman, IDN Times - Virus corona dengan mutasi berkode VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01) yang ditemukan di Inggris dan beberapa negara lainnya, diduga meningkatkan transmisi antarmanusia hingga 70 persen.

Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya dibandingkan virus corona yang sudah lebih dulu ada. Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 yang sudah dibuat.

Baca Juga: Varian Baru Virus Corona dari Inggris Masuk Singapura, Perlu Khawatir?

1. Terdiri dari sekumpulan mutasi

Mutasi Baru Corona di Inggris Diduga Tingkatkan Transmisi AntarmanusiaIlustrasi personel Satgas Mobile COVID-19 memeriksa kondisi pasien diduga terjangkit virus Corona (COVID-19) di ruang isolasi Rumah Sakit Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (11/3). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi menjelaskan, VUI 202012/01 sendiri terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H).

Selain VUI 202012/01, varian baru (501.V2) juga ditemukan secara signifikan pada kasus COVID-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S: K417N, E484K, N501Y.

Menurutnya, sampai hari ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1,2 persen virus pada database GISAID, 99 persen varian tersebut dideteksi di Inggris.

"Selain di Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Prancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia baru ditemukan pada 3 kasus yaitu Singapura, Hong Kong dan Israel," ungkapnya pada Sabtu (26/12/2020).

2. Mutasi N501Y dianggap paling berbahaya

Mutasi Baru Corona di Inggris Diduga Tingkatkan Transmisi AntarmanusiaIlustrasi penanganan pasien virus corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Menurut Gunadi, dari 9 mutasi yang ada pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S. RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan ACE2 receptor untuk menginfeksi sel manusia.

"PCR untuk diagnosis infeksi COVID-19 mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus Corona, misalnya gen N, gen orf1ab, gen S, dan lain-lain. Karena varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis COVID-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S, karena bisa memberikan hasil negatif palsu," terangnya.

3. Masyarakat tidak perlu khawatir berlebih

Mutasi Baru Corona di Inggris Diduga Tingkatkan Transmisi Antarmanusia(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Menurut Gunadi, dalam rangka identifikasi mutasi baru virus ini, peran surveilans genomik (whole genome sequencing) sangatlah penting. Bagi masyarakat sendiri, harus tetap waspada namun tidak perlu khawatir secara berlebihan.

"Masyarakat boleh waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. Masyarakat tetap harus menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak/menghindari kerumunan)," paparnya.

Baca Juga: Dapat Izin Kemenkes, Alat Deteksi COVID-19 GeNose Siap Diedarkan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya