Mahasiswa UNY Ciptakan E-Konseling untuk Disabilitas Korban Pelecehan

E-konseling diciptakan berbasis game

Sleman, IDN Times - Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan e-konseling berbasis game untuk remaja disabilitas intelektual korban pelecehan.

Pembuatan e-konseling berbasis game sebagai salah satu alternatif penanganan masalah mental yang dapat digunakan secara jarak jauh selama masa pandemik COVID-19, khususnya bagi remaja disabilitas intelektual korban pelecehan.

Mereka adalah Kenanga Kusuma Murdiyani, Salsabila Tulus Rinindra dan Orchid Violeta Arbaroni dari Prodi Pendidikan Luar Biasa, Arif Nur Hidayat dari Prodi Bimbingan dan Konseling serta Haya Antesya Rahma dari Podi Teknologi Pendidikan.

1. Perlu pendampingan psikologis untuk menangani masalah mental remaja disabilitas

Mahasiswa UNY Ciptakan E-Konseling untuk Disabilitas Korban PelecehanPexels.com/Kat Jayne

Menurut Kenanga, latar belakang dibuatnya e konseling ini lantaran kekerasan seksual berdampak serius terhadap kemandirian dan pandangan tentang masa depan. Untuk itu penting dilakukan pendampingan secara psikologis agar dapat menangani masalah mental remaja disabilitas.

Sebelum pandemik COVID-19, konseling dapat dilakukan melalui pendampingan secara tatap muka langsung oleh tenaga profesional. Namun sejak pandemik COVID-19 hal tersebut akan sangat berisiko.

"Oleh karena itu, diperlukan media yang bersifat fleksibel dan dapat melakukan pendampingan secara jarak jauh," ungkapnya, Jumat (15/10/2021). 

Baca Juga: Mahasiswa UNY Ajak Warga Gunungkidul Olah Jagung Menjadi Mi

2. Memiliki fitur game yang mampu mendeteksi tingkat stres

Mahasiswa UNY Ciptakan E-Konseling untuk Disabilitas Korban PelecehanPixabay

Kenanga menambahkan mayoritas e-konseling yang ada hanya mengakomodasi masalah secara umum belum spesifik. Fitur yang tersedia juga belum mampu mendeteksi masalah mental itu sendiri.

Sementara itu, layanan e-konseling besutannya bersama tim ini memiliki fitur game yang mampu mendeteksi tingkat stres dan masalah mental akibat pelecehan seksual. Fitur ini juga sangat menyenangkan karena diusung dengan basis game.

"Saat ini belum banyak layanan e-konseling yang memiliki fitur game untuk menangani masalah mental akibat pelecehan seksual pada remaja disabilitas intelektual. Untuk itu kami tambahkan fitur baru melalui game karena bersifat menghibur sebagai sarana penyembuhan pasien," katanya.

3. Pemberian pendampingan dilakukan dengan beberapa tahapan

Mahasiswa UNY Ciptakan E-Konseling untuk Disabilitas Korban PelecehanIlustrasi konseling. (Pixabay.com/nastya_gepp)

Orchid Violeta Arbaroni menambahkan pada awal e-konseling, pengguna diminta mengisi biodata sesuai keadaan sebenarnya. Lalu diberikan edukasi tentang apa yang dilakukan agar orang asing tidak menyentuh tubuh. Setelah itu masuk layanan konseling.

"Seorang yang mengalami pelecehan seksual membutuhkan seorang pendamping atau konselor untuk mencegah permasalahan mental yang bisa terjadi," katanya.

Untuk mulai mendampingi konselor harus melakukan beberapa tahapan, seperti pencarian informasi melalui media untuk mengetahui pendekatan apa yang akan digunakan. Tahap pendekatan antara konselor dan korban yang disesuaikan dengan usianya, dan tahap orientasi untuk menggali semua data korban agar dapat diidentifikasi. Kemudian, tahap kerja bagaimana konselor memberikan solusi kepada korban dan tahap terminasi yaitu solusi yang diberikan oleh konselor untuk meningkatkan fungsi sosial, rasa identitas terhadap dirinya, dan pengembangan perilaku yang lebih adaptif.

"Dengan adanya pendampingan terhadap korban diharapkan dapat meminimalisir adanya dampak negatif yang menyerang psikis. Hal ini juga dapat memberikan dorongan pada korban untuk mengembalikan tingkat percaya diri dan menghilangkan anggapan-anggapan negatif yang menghambat untuk berkembang," katanya.

 

Baca Juga: Mahasiswa UNY Racik Biji Petai Cina, Buat Mi untuk Penderita Diabetes

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya