Klitih di Yogyakarta Meningkat, Pemerintah Jangan hanya Menganalisa 

Tagar klitih trending, sinyal masalah harus diselesaikan  

Sleman, IDN Times - Sebanyak tiga tagar tentang klitih mencuat di media sosial, #SriSultanYogyaDaruratKlitih, #YogyaTidakAman serta #Klitih, hal ini seiring meningkatnya kasus kejahatan jalanan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

Sosiolog Universitas GadjahMada (UGM) ArieSudjito menilai tagar yang menjadi trending topic adalah sinyal adanya masalah yang harus segera diselesaikan.

 

1. Kemunculan tagar harus dapat perhatian serius dari pemerintah

Klitih di Yogyakarta Meningkat, Pemerintah Jangan hanya Menganalisa Ilustrasi kekerasan di jalanan. Pixabay/Republica

Arie mengatakan, tagar yang muncul ini tidak boleh dianggap untuk mereproduksi ketakutan, namun harus diartikan sebagai sinyal kondisi yang tidak baik-baik saja. Dalam hal ini, pemerintah harus berperan aktif untuk menangani klitih secara serius.

"Tagar itu dimaksudkan ada problem serius yang harus segera ditangani, tidak menciptakan ketakutan. Oleh karena itu pemerintah harus berperan, tunjukkan kepada publik ke masyarakat bahwa pemerintah, aparat kepolisian punya tanggung jawab untuk kita tangani serius," ungkapnya pada Selasa (4/1/2022).

2. Pemerintah jangan hanya sekedar menganalisa

Klitih di Yogyakarta Meningkat, Pemerintah Jangan hanya Menganalisa Imbauan stop klitih yang dipasang Polsek Ngemplak. (IDN Times/Siti Umaiyah)

Pemerintah jangan hanya melakukan analis untuk menyelesaikan kasus yang melibatkan anak-anak di bawah usia ini. Arie berpendapat pemerintah harus mengambil peran untuk menangani kasus hingga akar masalah. 

"Kalau disampaikan by design ya harus dibongkar design siapa, harus diatasi. Kalau tidak ya rakyat yang terus menerus jadi korban, pelaku klitih yang terus menerus terstigma. Harus diurai, dicegah supaya anak-anak tidak masuk ke situ. Itu tugas pemerintah," katanya.

Menurut Arie, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memfasilitasi anak-anak pelaku klitih membuat suatu aktivitas sosial agar tidak hanya diselesaikan secara represi.

"Penyelesaian dengan represi hukum atas kriminal oke, tapi itu tidak cukup. Apalagi kita tahu kalau keisengan dipicu oleh minuman keras, kemudian dia tidak terkontrol, itu pendekatan hukum oke. Tapi mengapa mereka bisa masuk dalam pusaran itu yang paling penting," terangnya.

Baca Juga: Atasi Klitih, Sosiolog UGM Minta Akar Masalah Pelaku harus Diketahui  

Baca Juga: Bantah Jogja Tak Aman, Kasus Klitih di Bantul Justru Naik 100 Persen

3. Relawan anti klitih jangan gunakan kekerasan

Klitih di Yogyakarta Meningkat, Pemerintah Jangan hanya Menganalisa Barang bukti kejahatan klitih yang diamankan oleh polisi. (IDN Times/Daruwaskita)

Untuk relawan anti klitih maupun kegiatan kemasyarakatan yang muncul untuk mengatasi klitih dinilai Arie merupakan hal yang bagus, namun jangan sampai spirit yang digunakan untuk mengatasi dengan cara kekerasan justru menciptakan rantai kekerasan.

"Kalau menangkap klitih jangan pakai kekerasan, yang menciptakan horor perang. Klitih kan ekspresi di permukaan, akarnya di mana. Saya kira partisipasi warga bagus untuk mengatasi klitih, tapi jangan menciptakan peperangan baru," terangnya.

Di sisi yang lain, agar anak-anak tidak terjebak dalam kasus klitih, orang tua harus bisa mendekati anaknya dan menjaga hubungan sosial. Selain itu, komunikasi efektif juga harus ditingkatkan oleh keluarga.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya