Kementerian Pertanian Siapkan 3 Agenda Besar Hadapi COVID-19

Untuk menjaga ketahanan pangan selama pandemik corona

Sleman, IDN Times - Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah menyiapkan 3 agenda besar di dalam menghadapi COVID-19.

Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, adanya COVID-19 telah berdampak besar pada semua aspek kehidupan bangsa Indonesia. Tidak terkecuali aspek ketahanan pangan. Untuk itu, 3 agenda tersebut disiapkan guna menghadapi permasalahan pangan di saat maupun pasca COVID-19.

Baca Juga: Selama 10 Hari Kasus Positif COVID di DIY Didominasi Pelaku Perjalanan

1. Mulai agenda emergency hingga permanen

Kementerian Pertanian Siapkan 3 Agenda Besar Hadapi COVID-19Menteri Pertanian RI. Dok: Istimewa

Menurut Syahrul, 3 agenda besar tersebut meliputi agenda emergency, temporary hingga permanen. Untuk agenda emergency meliputi stabilisasi harga pangan, membangun buffer stock pangan utama di daerah, padat karya pertanian, social safety net, fasilitas KUR (kredit usaha rakyat) hingga memperluas akses pasar melalui pengembangan toko tani dan usaha kemitraan.

Agenda temporary di antaranya padat karya lanjutan pasca COVID-19, diversifikasi pangan lokal, dukungan untuk daerah-daerah defisit, antisipasi kekeringan, dan lain sebagainya.

"Untuk agenda permanen kita siapkan peningkatan produksi 7 persen per tahun, penurunan losses hingga 5 persen, ekstensifikasi tanaman pangan pada lahan rawa, pertumbuhan pengusaha petani milenial," ungkapnya dalam webinar yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian UGM pada Senin (29/6).

2. Pangan masih aman hingga Desember 2020

Kementerian Pertanian Siapkan 3 Agenda Besar Hadapi COVID-19Dok: Istimewa

Syahrul mengatakan, hingga Desember 2020 stok pangan di Indonesia masih terkendali dan aman. Dari 11 pangan dasar, semua menunjukkan kondisi yang masih mencukupi, walaupun ada 3 komoditas yang masih impor. Ketiga komoditas tersebut meliputi bawang putih, daging sapi dan gula pasir.

"Bawang Putih masih 603.111 ton, karena dia di daerah subtropis yang bisa berkembang dengan bagus. Oleh karena itu harus kembangkan riset lebih kuat. Daging Sapi 282.842 ton, gula pasir 602.011 ton yang masih diimpor. Tapi secara umum kota lihat kondisi ini masih aman sampai 2020," terangnya.

3. Masyarakat banyak beralih ke sumber pangan nabati

Kementerian Pertanian Siapkan 3 Agenda Besar Hadapi COVID-19Ilustrasi pasar tradisional (IDN Times/Besse Fadhilah)

Sementara itu, dr. Kirana Pritasari, Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI menjelaskan, dari data yang dihimpun Balitbang, Kemenkes RI menunjukkan adanya perubahan jumlah dan jenis bahan makanan yang dibeli oleh pengemudi ojek online di Jakarta selama COVID-19. Dari awalnya memilih sumber makanan hewani, beralih ke sumber makanan nabati. Dia mengkhawatirkan, apabila asupan sumber makanan tidak dicukupi dengan baik, maka angka stunting ditakutkan akan bertambah.

"Telah terjadi perubahan jumlah dan jenis bahan makanan yang dibeli, lebih banyak sumber makanan bersumber dari nabati, dibanding hewani, dibanding sebelum pandemik COVID-19. Apabila asupan gizi terjadi pada masa remaja, pada wanita Indonesia, atau pada kehamilan atau masa dewasa, maka akan berisiko menaikan prevalensi stunting di Indonesia," paparnya.

Baca Juga: Sentil Kinerja Menterinya, Jokowi Ancam Lakukan Reshuffle Kabinet

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya