Jadi Saksi Erupsi Merapi 2010, Sleman Resmikan Museum Terbuka Bakalan

Museum menjadi tetenger erupsi Merapi 2010  

Sleman, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Sleman meresmikan Museum Terbuka Bakalan di Argomulyo, Cangkringan, Sleman pada Sabtu, (11/12/2021). Suparmono Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman mengungkapkan, Museum Terbuka Bakalan merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sleman yang menjadi saksi dahsyatnya erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu.

1. Pengelola museum bakal bekerja sama dengan masyarakat setempat

Jadi Saksi Erupsi Merapi 2010, Sleman Resmikan Museum Terbuka BakalanMuseum Terbuka Bakalan di Kalurahan Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Dok: Humas Sleman

Pengelolaan Museum Terbuka Bakalan Cangkringan, bakal bekerja sama dengan Pokmas Penggiat Pariwisata Desa melalui Bumdes Kalurahan Argomulyo agar menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat setempat. Selain itu pihak museum akan menggandeng komunitas Jip wisata untuk memasukkan wisatawan ke kawasan museum.

"Dengan selesai penyempurnaan destinasi Museum Terbuka Bakalan dapat memberikan wisata edukasi dan wisata mitigasi bencana sehingga memberikan pengalaman sebagai wisata minat khusus bagi pengunjung yang datang ke Kabupaten Sleman," ungkapnya pada Sabtu (11/12/2021).

2. Pembagunan dimulai tahun 2017

Jadi Saksi Erupsi Merapi 2010, Sleman Resmikan Museum Terbuka BakalanMuseum Terbuka Bakalan di Kalurahan Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Dok: Humas Sleman

Pembangunan tetenger atau penanda erupsi Merapi Tahun 2010 dengan tema Sirno Jalmo Lenaning Paningal yang terletak di Dusun Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Cangkringan mengandung arti masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi memahami risiko bencana erupsi, diharapkan tidak ada lagi korban karena kealpaan masyarakat itu sendiri.

Pembangunan awal dimulai tahun 2017 dengan menggunakan dana APBD, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman memulai dengan menempatkan tulisan Sleman Volcanic Park sebagai penanda Museum Terbuka Bakalan dengan nilai Rp150 juta. Kemudian, di tahun 2018, Pemkab Sleman melakukan pembelian tujuh bidang tanah dengan keluasan 6.619 meter persegi dengan nilai pembelian Rp2,6 miliar untuk pengamanan material erupsi Merapi yang terjadi tahun 2010.

"Pada tahun 2019, melalui APBD dinas Pariwisata Sleman melakukan pembangunan akses masuk dan balkon museum dengan nilai Rp130 juta ," terangnya.

Selanjutnya pada tahun anggaran 2020, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik penugasan bidang pariwisata dilaksanakan kegiatan penataan dan pembenahan lingkungan museum berupa pembuatan pergola, penataan lanskap dan pembuatan toilet dengan nilai kontrak fisik dan penunjang sebesar Rp419 juta.

Di tahun 2021 dengan menggunakan sumber dana yang sama, Dinas Pariwisata memperoleh anggaran dengan nilai kontrak fisik sebesar Rp1,57 miliar untuk penyempurnaan museum berupa pembangunan jalan setapak, pembuatan rambu penunjuk arah di dalam kawasan, pembangunan toilet, pembuatan tempat parkir, pembuatan papan interpretasi, penyediaan fasilitas kebersihan dan penyediaan fasilitas mitigasi.

Baca Juga: Sleman Rancang Pesta Rakyat, Festival Van Der Wijck

3. Museum sebagai saksi dahsyatnya erupsi Merapi 2010

Jadi Saksi Erupsi Merapi 2010, Sleman Resmikan Museum Terbuka BakalanBupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. IDN Times/Siti Umaiyah

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo memaparkan keberadaan museum terbuka tidak hanya dapat dinikmati sebagai destinasi wisata baru di Sleman, tapi juga sebagai penanda kedahsyatan erupsi Merapi yang terjadi 11 tahun lalu.

"Diharapkan museum ini dapat mengingatkan kita bersama tentang potensi bencana erupsi yang kita miliki. Saya berharap keberadaan museum dapat memberikan sumbangsih untuk meningkatkan dan menstimulus pemahaman masyarakat dan wisatawan tentang kapasitas mitigasi bencana erupsi Merapi dan tetap waspada," paparnya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya