Angka Penularan COVID-19 Belum Stabil, Masyarakat Harus Disiplin

Protokol kesehatan wajib dipatuhi untuk redam penularan

Sleman, IDN Times - Hingga saat ini, angka perhitungan R0t (angka reproduksi/angka penularan waktu ke-t) COVID-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.1. Hal ini menunjukkan bahwa ketika masyarakat tidak mau patuh terhadap protokol pencegahan COVID-19, maka kondisi belum bisa dikatakan sepenuhnya aman terhadap kemungkinan penularan lokal. 

Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dedi Rosadi dalam analisisnya yang dilakukan dengan sejumlah pakar lainnya, dengan dasar data nyata atau probabillistic data-driven model (PDDM) mengungkapkan, data positif COVID-19 di Indonesia beberapa saat terakhir masih menunjukkan angka yang belum stabil. Untuk itu, masyarakat masih diminta untuk selalu waspada dan taat terhadap aturan.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di DIY:  Tingkat Kesembuhan Mencapai 70 Persen

1. Data masih naik turun

Angka Penularan COVID-19 Belum Stabil, Masyarakat Harus DisiplinIlustrasi kasus virus corona. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Dedi memaparkan, hingga saat ini data kasus positif COVID-19 masih belum stabil. Hal tersebut bisa dilihat dari data terakhir sampai 28 Mei 2020, terdapat lonjakan estimasi kasus positif yang awalnya diperkirakan 31 ribu menjadi 48 ribuan di akhir masa pandemik.

Menurut Dedi, dari pantauan dengan model stokastik terlihat bahwa angka penularan R0t  nasional yang tadinya sudah turun sampai 1.114 pada tanggal 11 Mei 2020, tercatat menunjukkan trend naik pada minggu kedua Mei 2020 dan mencapai puncaknya pada 23 Mei 2020.

"Namun kemudian angka tersebut terus menunjukkan trend menurun dan pada tanggal 30 Mei 2020 tercatat bernilai sebesar 1.107," ungkapnya pada Selasa (2/6).

2. Masih harus patuhi protokol

Angka Penularan COVID-19 Belum Stabil, Masyarakat Harus DisiplinPersonel Satpol PP saat melakukan patroli ke pasar tradisional. Dok: istimewa

Merujuk pada hal tersebut, menurut Dedi masyarakat masih harus mematuhi protokol kesehatan, utamanya menggunakan masker ketika keluar rumah, rajin cuci tangan dengan menggunakan sabun, tangan tidak steril dilarang menyentuh bagian wajah yang berpotensi menjadi pintu masuk virus, dan memperhatikan anjuran distancing serta menghindari kerumunan. 

"Lalu, pengawasan maupun pengendalian yang ketat terhadap mobilitas penduduk baik domestik dan internasional yang diduga berpotensi mengakibatkan penularan virus. Misalnya arus balik pasca lebaran, masih perlu menjadi perhatian di samping upaya efektif untuk pengendalian penyebaran lokal," jelasnya

3. Jawa Timur menjadi tumpuan dan harapan bersama

Angka Penularan COVID-19 Belum Stabil, Masyarakat Harus DisiplinPixabay

Menurut Dedi, peningkatan kapasitas test PCR yang telah ditunjukkan dalam 2 minggu terakhir memberikan harapan yang baik untuk kecepatan penanganan wabah ini. Selain itu penangan COVID-19 di Jawa Timur, yang mana saat ini Jawa Timur menjadi epicentrum baru yang menyebabkan lonjakan pasien positif yang paling signifikan, menjadi tumpuan serta harapan bersama agar pandemik ini tidak semakin mengkhawatirkan. 
 
"Demikian pula pengendalian provinsi-provinsi lain yang berpotensi membahayakan seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Papua perlu dioptimalkan agar Indonesia dapat semakin optimis menatap ke depan," paparnya.

Baca Juga: Syarat PPDB saat Pandemik Berbeda, Forpi Yogyakarta Buka Posko Aduan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya