4 Hal Menarik di Balik Pengarahan Pilpres 2024 PDIP di Jateng

Ganjar Pranowo tak diundang Puan, ada apa?

Sleman, IDN Times - Pakar Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad, mengungkapkan ada beberapa hal menarik dalam acara gelar Pengarahan Pilpres 2024 yang diselenggarakan oleh DPD PDI Perjuangan Jateng yang tidak mengundang Ganjar Pranowo.

Menurutnya, ada empat hal yang menarik di balik fenomena tersebut jika dilihat dari perspektif marketing politik. Apa saja hal-hal menarik tersebut? Berikut penjelasan dari Nyarwi.

Baca Juga: Dianggap Kebablasan Nyapres, Begini Respon Ganjar Pranowo

1. Ingatkan kadernya agar jangan offside

4 Hal Menarik di Balik Pengarahan Pilpres 2024 PDIP di JatengANTARA FOTO/Reno Esnir

Hal pertama disoroti oleh Nyarwi yakni dinamika di internal PDIP terkait dengan bursa calon presiden/wakil presiden dalam Pilpres 2024 mendatang tampaknya kian hangat dan memanas. DPP PDIP tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya khususnya yang menjadi publik figur populer dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak offside.

"Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal tersebut," ungkapnya Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS)-Jakarta ini pada Senin (24/5/2021).

2. PDIP miliki orientasi yang berbeda dengan parpol lain dalam Pilpres 2024

4 Hal Menarik di Balik Pengarahan Pilpres 2024 PDIP di JatengPDIP daftarkan bacaleg ke KPU (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Selanjutnya, Nyarwi melihat jika dalam Pilpres 2024 mendatang, PDIP tampaknya memiliki orientasi yang berbeda dengan parpol-parpol lainnya. Orientasi tersebut juga berbeda dengan apa yang pernah dilakukannya dalam Pilpres 2014 dan 2019 lalu, dengan mencalonkan sosok yang lebih populer dan memiliki elektabilitas tinggi seperti Joko Widodo.

"Arah PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang tampaknya makin jelas dengan untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer seperti Ganjar Pranowo," katanya.

3. Dukungan pasar terhadap Ganjar tampak belum aman

4 Hal Menarik di Balik Pengarahan Pilpres 2024 PDIP di JatengSilaturahmi Virtual Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Dok. Humas Pemprov Jateng

Selanjutnya, Nyarwi melihat jika dukungan pasar politik internal di PDIP terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman. Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karier politiknya melalui PDIP sudah di ujung tanduk.

Meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Ganjar berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDIP agar bisa masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang.

Sebagaimana yang dipotret oleh sejumlah lembaga survei, termasuk Indonesian Presidential Studies (IPS), Ganjar selama beberapa bulan terakhir tampak makin populer dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampau deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri.

Data survey IPS Awal April 2021, untuk 30 nama capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14,4 persen. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo 25,4 persen. Di dalam bursa Cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8,3 persen, setelah Anies Baswedan 12,8 persen.

"Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survei dengan 18 dan 10 nama Capres dan Cawapres. Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," katanya.

4. PDIP mengedepankan model pemasaran politik tradisional berbasis ideologi parpol

4 Hal Menarik di Balik Pengarahan Pilpres 2024 PDIP di JatengPDIP gelar gowes bareng di Kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (28/2/2021). Dok: PDIP

Nyarwi juga memandang, apa yang disampaikan oleh Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik traditional yang berbasis pada ideologi parpol. Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting.

Parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figur yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur.

Dia menyebutkan, model pemasaran politik seperti ini bisa saja efektif jika didukung dengan syarat-syarat berikut. Syarat pertama, parpol memiliki tingkat Party ID yang kuat.

"Syarat yang kedua, PDIP mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi parpol, namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetratif," terangnya.

Untuk syarat yang ketiga, para elit PDIP, khususnya yang menjadi publik figure atau menjabat di lembaga-lembaga Negara/Pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya, dibandingkan dengan dirinya.

"Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo (agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa Capres 2024) sepertinya dapat kita baca sebagai warning bagi semua kader PDIP yang saat ini menjadi pejabat publik, khususnya memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, agar lebih mampu memasarkan parpolnya, bukan sekadar memasarkan dirinya saja," paparnya.

Baca Juga: Buntut Kebocoran Data Anggota, Bareskrim Panggil Dirut BPJS 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya