Pameran media baru bertajuk 'Under The Same Sun', bertempat di Galeri Nusantara Kampus Terpadu Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. (IDNTimes/Tunggul Damarjati)
Ignatia Nilu selaku kurator menjelaskan, Under The Same Sun mengolaborasikan lintas disiplin yang didorong seiring kehadiran teknologi Internet of Things (IoT) atau Internet untuk Segala. Bidang Galleries, Libraries, Archives, Museums (GLAM) dan STEM yang sebelumnya bekerja dengan pendekatan yang berbeda, sekarang mulai saling berinteraksi dan bertukar ide.
"Scientist dan seniman itu sama, seniman juga melakukan riset seperti scientist, imajinasi seniman itu mewujud secara artistik. Nah itulah karena mereka di bawah langit, di bawah matahari yang sama (Under The Same Sun), ungkap Nilu.
"Kedua bidang itu (GLAM dan STEM) menciptakan sinergi baru yang menggabungkan kreativitas imajinatif dengan metodologi ilmiah yang ketat. Penggunaan teknologi seperti mesin dan komputasi kini menjadi elemen sentral dalam berbagai kegiatan manusia sehari-hari," ucapnya.
Pameran bertema art and science, menciptakan ruang di mana ide-ide ini dapat dieksplorasi lebih jauh, menjadi platform penting bagi kolaborasi antara sektor-sektor berbeda, mulai dari pemangku kepentingan hingga para inovator muda. "Pameran ini mendukung pengembangan gagasan dan karya yang berdampak tidak hanya pada dunia akademik, tetapi juga industri dan masyarakat luas," sambungnya.
Sebagai refleksi dari dunia yang kian terotomatisasi dan terkoneksi, pameran ini juga berfungsi sebagai wadah untuk melihat kembali hubungan manusia dengan teknologi
dan alam.
"Dalam konteks pasca-antropose, pameran ini mengajak kita merenungkan masa depan di mana manusia, alam, dan teknologi hidup dalam keseimbangan," imbuhnya.
Nilu menambahkan, terlepas dari distopia teknologi, pameran ini menawarkan pandangan optimis tentang bagaimana manusia dapat hidup harmonis dengan alam, di bawah langit dan matahari yang sama, bahkan di era pasca-internet dan revolusi automasi.