Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Arsip Pencak Malioboro Festival. (Dok. Istimewa)
Arsip Pencak Malioboro Festival. (Dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • AS dan Belanda batal hadir karena alasan keamanan

  • Pencak silat 6 jam tetap berjalan dengan serangkaian agenda

  • Hapus citra buruk, lestarikan warisan budaya melalui Lomba Koreografi Pencak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Sejumlah peserta 'Pencak Malioboro Festival 2025' mancanegara diklaim batal meramaikan acara tersebut karena mempertimbangkan faktor keamanan di Indonesia pada akhir Agustus dan awal September lalu. Kendati, hal tersebut tak menyurutkan semangat penyelenggara dan peserta lainnya untuk tetap menjalankan acara dengan agenda salah satunya '6 Jam Pencak Silat di Yogyakarta'.

1. AS dan Belanda batal hadir

Yosi dari Komunitas Paseduluran Angkringan Silat mengatakan, acara yang diselenggarakan bersama Dinas Kebudayaan DIY ini selain peserta dalam negeri, sedianya diikuti pula oleh perguruan silat dari Malaysia, Australia, Amerika Serikat dan Belanda.

Hanya saja, delegasi dari dua negara terakhir menyatakan mundur usai mencermati situasi Tanah Air yang memanas bersamaan dengan aksi unjuk rasa di berbagai daerah.

"Yang dari Amerika, dari Colorado saja itu sebetulnya saguh (sanggup) dari jauh hari. Itu kemarin mereka detik-detik, mungkin dua minggu-tiga minggu mereka menanyakan tentang kondisi. Berita yang mereka baca itu kan membuat mereka takut. Lalu beberapa Belanda, kemudian (delegasi) Eropa, itu juga sama," kata Yosi di Kantor Dinas Kebudayaan DIY, Kota Yogyakarta, Rabu (11/9/2025).

Dengan alasan yang sama, salah satu perguruan silat dalam negeri bahkan sempat mengutarakan keraguannya mengikuti salah satu rangkaian agenda yang dihelat di kawasan Malioboro.

2. Pencak silat 6 jam tetap jalan

Arsip Pencak Malioboro Festival. (Dok. Istimewa)

Namun demikian, Yosi bersyukur rencana gelaran Pencak Malioboro Festival ke-8 tetap berjalan dengan serangkaian agenda pada 12-14 September. Ada lima acara utama meliputi 6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta; Lomba Koreografi Pencak; Lomba Mewarnai Gambar Pencak Silat untuk Anak; Workshop Pencak Silat; dan Kirab Pencak Malioboro.

Pada gelaran 6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta, para guru dan praktisi bakal tampil di sebuah panggung yang didirikan di tengah keramaian Malioboro. Sesuai namanya, event ini akan berlangsung selama enam jam secara marathon dengan penampilan 5.500 pesilat dari berbagai perguruan serta aliran pencak silat tradisional.

Para pemerhati dan praktisi akan berkumpul, berekspresi secara damai sambil mempertontonkan kekhasan aliran dan perguruan masing-masing kepada masyarakat umum di panggung gerbang barat Kantor Kepatihan, Sabtu (13/9/2025) mulai pukul 14.30 WIB.

Event ini sesuai rencana bakal diikuti oleh 60 tim dari banyak perguruan pencak silat di DIY, Jawa Timur, DKI Jakarta dan lain sebagainya.

"Kami persilakan masing-masing mengeluarkan ciri khasnya, jadi nyuwun sewu bukan jurus baku. Di pencak silat itu ada IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), di IPSI itu ada jurus baku, kalau ini ciri khas. Pencak silat itu ada ribuan aliran pencak, di IPSI itu hanya seperlimanya aja, tersebar. Di Jogja sendiri aja ada banyak. Cuma waktunya hanya 5 menit, karena yang antre banyak," paparnya.

3. Hapus citra buruk, lestarikan warisan budaya

Sebelum gelaran 6 Jam Pencak Silat, akan digelar lebih dulu Lomba Koreografi Pencak yang diikuti 26 tim pada Jumat (12/9/2025) pukul 14.00 WIB dan Sabtu keesokan harinya pukul 09.00 WIB.

Lomba koreografi mengusung konsep seni pertunjukan yang akan dinilai oleh juri dari kalangan praktisi, pegiat teater, tata busana dan lain sebagainya.

"Tim juri dari berbagai disiplin ilmu, kita lihat tata panggung, tata gerak seperti apa," kata Yosi.

Acara akan ditutup dengan pawai Pencak Malioboro Festival yang rencananya diikuti oleh 40 perguruan silat.

Selain demi mengenalkan budaya bela diri tradisional, seluruh rangkaian agenda diselenggarakan juga demi memperbaiki citra pencak silat di mata publik dan menegaskan bahwa Yogyakarta sebagai wadah aman bagi penyelenggaraan acara-acara serupa. Termasuk, melestarikan pencak silat yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team