Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sejumlah pasien menjalani perawatan di tenda barak yang dijadikan ruang IGD RSUP Dr Sardjito, Sleman, Minggu (4/7/2021). (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Sleman, IDN Times - Gelombang pasien yang berdatangan membuat RSUP Dr. Sardjito mengalami kelangkaan oksigen. Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, Rukmono Siswishanto, mengatakan kelangkaan oksigen ini dimulai sejak Sabtu, 3 Juli 2021 siang, di mana stok yang ada sudah semakin kritis.

"Kondisi pandemik COVID-19 yang memuncak dan banyaknya pasien yang harus dirawat di rumah sakit, termasuk di RSUP Dr Sardjito, sehingga menimbulkan terjadinya kekosongan oksigen," ungkapnya pada Minggu (4/7/2021).

1. Oksigen menipis dan pasien melonjak tajam

ilustrasi ruang isolasi (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Rukmono mengatakan, sebenarnya pihaknya jauh hari sudah melakukan upaya antisipasi kelangkaan oksigen. Salah satunya dengan menambah supplier oksigen. Namun, pada Sabtu, 3 Juli 2021 pagi, oksigen likuid mulai menipis lantaran jumlah pasien yang makin banyak di RSUP Dr Sardjito.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sardjito langsung melakukan pengaturan ulang semua penggunaan oksigen yang dipakai pasien, serta mengirimkan surat permohonan dukungan kepada Menteri Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Gubernur, BPBD, Dinas Kesehatan, dan Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) DIY.

"Sardjito Yogyakarta sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen likuid dari penyedia maupun tempat lain," katanya. 

2. Hingga pukul 15.00 WIB, rumah sakit masih mengalami kendala

Direktur RSUP dr Sardjito, Rukmono/ Tangkapan layar wawancara virtual

Namun hingga pukul 15.00 WIB, rumah sakit masih mengalami kendala dan pasokan oksigen likuid diperkirakan paling cepat sampai ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada hari Minggu tanggal 4 Juli 2021 pukul 12.00 WIB.

Selain itu juga dilaporkan bahwa persediaan oksigen likuid sentral di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta akan mengalami penurunan pada hari Sabtu, tanggal 3 Juli 2021 mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan kehabisan persediaan oksigen likuid  yang diperkirakan pada pukul 18.00 WIB.

"Pada kenyataannya oksigen likuid sentral habis baru pada sekitar pukul 20.00 WIB," terangnya.

3. Perawatan pasien beralih ke oksigen tabung

Ilustrasi tabung oksigen medis (ANTARA FOTO/Novrian Arbi).

Menurut Rukmono, usai oksigen likuid sentral habis, perawatan pasien beralih menggunakan oksigen tabung atau oksigen cadangan yang ada termasuk mendapat pinjaman dari RS Akademik UGM dan RSGM/FKG UGM serta Polda DIY. Lalu, pada pukul 00.15 WIB bantuan Polda DIY sebanyak 100 tabung datang dan langsung didistribusikan ke bangsal-bangsal perawatan sambil menunggu kedatangan pasokan dari penyedia oksigen.

"Selanjutnya pada pukul 03.40 WIB truk oksigen likuid pertama sudah masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral sudah dapat berfungsi kembali. Di susul truk kedua pada pukul 04.45 WIB masuk pula mengisi tabung sentral oksigen," terangnya.

Lantaran sudah dilakukan pengisian, maka selanjutnya pelayanan kembali menggunakan oksigen sentral. Berkaitan dengan adanya pemberitaan yang menyebutkan ada 63 pasien yang meninggal, Rukmono merinci jika jumlah tersebut merupakan akumulasi dari Sabtu Pagi (3/7/2021) sampai Minggu Pagi (4/7/2021). Selain itu, pasien meninggal juga bukan hanya yang menggunakan oksigen maupun COVID-19 saja.

"Yang meninggal pasca oksigen sentral habis pukul 20.00 WIB, maka kami sampaikan jumlahnya 33 pasien. Pasien sejumlah itu bukan semata-mata pasien COVID-19 yang harus dengan bantuan oksigen, tetapi terdapat pasien lainnya pula," paparnya.

Rukmono juga membantah jika pasien yang meninggal itu tidak dapat bantuan oksigen. Di mana setelah oksigen sentral habis, pasien tetap tersuplai dengan oksigen tabung. Menurutnya, meninggalnya pasien lantaran kondisi klinisnya yang memburuk.

Editorial Team