Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rektor UAJY Sentil Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru di PTN
Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Gregorius Sri Nurhartanto. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Intinya sih...

  • Rektor UAJY kritik sistem penerimaan mahasiswa PTN yang dinilai merugikan PTS, termasuk slogan UT “kampus tanpa seleksi”.

  • Ia menegaskan persaingan kini tak hanya antara PTN dan PTS, tetapi juga sesama PTS di berbagai daerah.

  • UAJY melampaui target mahasiswa baru, namun tetap gencar promosi dengan menonjolkan keunggulan akreditasi, prodi, dan biaya terjangkau.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times – Menggaet mahasiswa baru bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) bukan perkara mudah. Tidak hanya perlu bersaing dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), namun juga harus berlomba dengan PTS yang lain.

Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Gregorius Sri Nurhartanto, saat disinggung kebijakan PTN-BH, menyebut sebaiknya PTN kembali seperti dulu. “Sebaiknya PTN kembali seperti dulu, ada jalur mandiri, ya tertentu saja. Mohon maaf ini bahasa Jawanya, ngawu-awu sak karepe dewe (semaunya sendiri), banyak menerimanya,” ungkap Nurhartanto, Jumat (26/9/2025) malam.

1. Sentil perguruan tinggi negeri

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Vlada Karpovich)

Nurhartanto menyentil salah satu PTN yaitu Universitas Terbuka dengan slogannya yang seolah-olah merendahkan harkat martabat perguruan tinggi. “Yang menjadi sorotan PTS, slogan yang dibuat UT. Masuk perguruan tinggi tanpa tes (The One and Only Kampus Negeri Tanpa Seleksi\). Semua bisa masuk, seolah-olah merendahkan harkat martabat perguruan tinggi, sebagai puncak pendidikan di Indonesia,” tegasnya.

Nurhartanto menyebut bahwa keuangan PTS banyak bergantung pada jumlah mahasiswa. Jika jumlah mahasiswa tidak memadai atau mencukupi, berat untuk survive dan bisa dikelola secara professional. “Untuk jadi professional dan unggul, butuh biaya besar juga,” jelas Nurhartanto.

Menurutnya persoalan PTS ini tidak hanya terjadi di DIY, tapi merupakan fenomena nasional. Banyak PTS yang mengeluh, karena supply mahasiswa menurun. “Faktor utama kemarin ini program jalur mandiri yang dikelola PTN itu sungguh sangat tidak masuk akal,” ujarnya.

2. Persaingan tidak hanya dengan PTN tapi antar PTS

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/RDNE Stock project)

Nurhartanto mengatakan untuk menghadapi tantangan yang ada, UAJY melakukan kerja sama dan menggencarkan promosi. Menurutnya semua PTS juga memiliki pangsa pasarnya tersendiri.

“Terus apa yang paling efektif (menggaet mahasiswa), saya amati terus menerus. Itu adalah sistem getok tular (dari mulut ke mulut). Misal saya kuliah di sana bagus, kemudian orang lain tertarik, tidak tergolong mahal masih bisa dijangkau, orang lain tertarik,” ucap Nurhartanto.

Menurutnya penting untuk menonjolkan keunggulan masing-masing PTS. Pasalnya saat ini tidak hanya persaingan PTN dengan PTS, tapi antar-PTS sendiri. Saat ini banyak PTS ada di berbagai daerah.

“Dulu kan pasti kantong pendidikan di Jogja, Malang, Jakarta dan sekitarnya, Bandung, tapi sekarang hampir setiap kabupaten/kota bermunculan PTS,” ujar Nurhartanto.

3. Gencarkan promosi tunjukkan keunggulan

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Yan Krukau)

Nurhartanto sendiri masih bersyukur jumlah mahasiswa baru UAJY tahun ini melampaui target. Meski begitu, pihaknya tidak terlena dengan capaian ini. Satu pekan setelah dimulainya pembelajaran tahun ini, pihaknya langsung menggencarkan promosi terus menerus.

“Tidak menunggu begitu tahun ajaran baru berjalan. Selang beberapa hari (setelah dimulainya kegiatan belajar mengajar), promosi gencar di seluruh Indonesia. Promosi menunjukkan keunggulan kita. Orang tua sekarang cerdas, melihat Perguruan Tinggi akreditasinya apa, kemudian Prodinya. Kalau sama-sama unggul, masih dibandingkan PTS A dan B, biaya murah mana,” ucap Nurhartanto.

Editorial Team