Yogyakarta, IDN Times - Maraknya kasus rekrutmen teroris lewat media sosial dan platform digital menimbulkan kekhawatiran publik. Pola ini dipandang sebagai bentuk adaptasi baru kelompok radikal yang memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi.
Guru Besar Ilmu Komunikasi UMY sekaligus pakar psikologi komunikasi, Prof. Dr. Suciati, menjelaskan bahwa media digital memiliki tingkat interaktivitas tinggi, tidak dibatasi ruang dan waktu, serta mampu membangun kedekatan personal dengan cepat. Kondisi tersebut membuka peluang penyebaran ideologi radikal secara masif namun tersembunyi.
“Brainwash yang dulu dilakukan secara offline, kini dapat terjadi melalui media digital. Ideologi radikalisme dan terorisme sangat mungkin menyusup ke dalam ruang-ruang online,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025) dilansir laman resmi UMY.
