Sarasehan panen raya. (Dok. Istimewa)
Petani mulai merasakan manfaat penggunaan pupuk sludge. Ketua Gapoktan Kemudo Rukun, Desa Kemudo, Yuwono, menyampaikan bahwa aplikasi pupuk sludge pada 10 bedeng cabai sebanyak 225 kg (dosis 1,5 ton/ha) menunjukkan hasil signifikan dalam sebulan. “Pertumbuhannya lebih cepat dibanding yang tidak diberi sludge. Daunnya hijau gelap, segar, dan tahan lama. Tanah lebih gembur dan mudah diolah. Biasanya setelah hujan tanah menjadi keras, tapi setelah pakai sludge lebih ringan dan akar tanaman tumbuh lebih kuat,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Petani Desa Sanggrahan, Slamet, menambahkan bahwa penggunaan pupuk sludge juga mampu mengurangi pertumbuhan gulma. Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya sehat untuk padi dan hortikultura disusun secara partisipatif bersama petani, generasi muda, penyuluh, dan pemerintah desa. SOP ini menjadi panduan penerapan budidaya sehat di lahan. Saat ini terdapat 25 petani champion, 16 di antaranya perempuan, yang aktif menyebarkan pengetahuan tersebut kepada petani lain melalui forum maupun pendampingan langsung.
Hingga kini, prinsip Regenerative Agriculture telah diterapkan di lahan seluas 16,8 hektare. Penerapan meliputi pengurangan pupuk kimia, peningkatan penggunaan pupuk organik, aplikasi pestisida nabati, dan manajemen irigasi. Program ini berjalan di dua desa, Kemudo dan Sanggrahan, mencakup 4 kelompok tani, 6 Kelompok Wanita Tani (KWT), dan 1 Karang Taruna RW, dengan lebih dari 400 penerima manfaat.
Panen raya padi di Desa Sanggrahan menjadi penanda keberhasilan program. Dua Gapoktan, Rejeki Subur Sanggrahan dan Kemudo Rukun, kini memproduksi pupuk organik sludge secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan petani, dengan tujuan mewujudkan Desa Mandiri Pupuk.