Bagi-bagi pecel lele gratis di Malioboro. IDN Times / Tunggul Damarjati
Di satu sisi, ia menyoroti langkah Pemerintah Kota Yogyakarta menyikapi kejadian viral kemarin. Menurutnya, melakukan razia saja tak cukup tanpa disertai promosi untuk kembali mengangkat citra pariwisatanya.
"Tidak hanya melakukan razia saja, tetapi juga dengan promosi dan memperbaiki kualitas pariwisata Yogyakarta," imbuh Diaz.
Promosi, selain itu sebaik-baiknya diikuti perbaikan kualitas pelayanan. Mulai dari peningkatan amenitas, higienitas, dan lain sebagainya.
"Yogyakarta itu ramah wisatawan, tetapi ramah wisatawan bukan berarti dengan identik murah. Ini tugas pemerintah untuk membentuk rantai nilai Yogyakarta. Bisa menyajikan kualitas wisata dengan berimbang," pungkasnya.
Sementara Jeffry Alim (36) salah seorang pengunjung Malioboro asal Magetan, Jawa Timur, mengaku terkesima dengan ide Diaz.
"Salut aja sih, sampai begitu," ujarnya.
Ayah dua anak itu pun mengaku sudah berada di Kota Yogyakarta saat peristiwa viral pecel lele kemahalan akhir Mei 2021 lalu. Meski baru Kamis (3/6/2021) ini dirinya baru menyempatkan diri ke Malioboro.
"Ya mungkin sedikit kemahalan ya kalau Rp37 ribu untuk sepaket pecel lele sama nasi dan lalapan. Tapi, kalau saya baca di berita online itu bukan harga yang wajar kan ya dan pemerintah sudah gerak. Jadi ya semoga gak berlarut-larut lah," tutupnya.