Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi sapi mati akibat terpapar antraks. (Dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • 893 ekor sapi terpapar PMK di Gunungkidul, 63 di antaranya mati
  • Kasus PMK terbanyak di Kapanewon Karangmojo (478 kasus), disusul Ponjong (260) dan Nglipar (33)
  • DPKH Gunungkidul melakukan berbagai langkah pencegahan, termasuk pemberian obat, disinfeksi kandang, penguburan bangkai hewan, dan edukasi masyarakat

Gunungkidul, IDN Times - Kasus kematian ternak akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Gunungkidul terus bertambah. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mencatat hingga Minggu (5/1/2024), terdapat 893 ekor sapi yang terpapar PMK, 63 ekor di antaranya mati. 

"Data per tanggal Minggu, 5 Desember 2024, terdapat 63 ekor sapi mati akibat PMK," kata Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, Selasa (7/1/2025).

1. Kasus di Kabupaten Karangmojo terbanyak

Pemeriksaan kesehatan sapi.(daruwaskita)

Menurutnya, kasus PMK tersebar di Kapanewon Karangmojo dengan 478 kasus. Selanjutnya Kapanewon Ponjong sebanyak 260 kasus, dan Kapanewon Nglipar hingga 33 kasus.

"Jumlah ini akan terus diperbarui berdasarkan assesment yang telah dilakukan di lapangan," ujarnya.

2. Pencegahan PMK tidak meluas

Peternak beri makanan tambahan untuk sapi.(daruwaskita)

Untuk mencegah kasus PMK terus meluas dan bertambah banyak, DPKH mempercepat pemberian obat pada ternak yang terindikasi PMK, ,melakukan disinfeksi kandang dan lingkungan sekitar untuk meminimalisir penyebaran virus, hingga penguburan bangkai hewan yang mati akibat PMK sesuai prosedur.

"Lalu pemeriksaan sampel untuk analisis lebih lanjut, penyuntikan vitamin pada ternak di sekitar lokasi kasus untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan edukasi masyarakat mengenai langkah penanganan dan pencegahan PMK," ucapnya.

3. Pengawasan ketat lalu lintas pergerakan ternak

Ilustrasi hewan kurban sapi.(IDN Times/Daruwaskita)

Untuk mendukung keberhasilan penanganan PMK, DPKH menerapkan prinsip bio safety dan bio security secara ketat. Langkah ini mencakup penerapan prosedur kebersihan yang ketat di peternakan, pembatasan akses ke area ternak yang terdampak, dan pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan ternak guna mencegah penyebaran virus.

"Pendekatan bio safety bertujuan melindungi ternak dari risiko infeksi," tuturnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team