Prihatin Kelakuan Wahyu Setiawan, Aktivis JCW Nyapu Duit di KPU DIY

JCW: Kok Komisioner KPU lainnya tidak tahu ada suap?

Yogyakarta, IDN Times – Aktivis Jogja Corruption Watch (JCW) Baharuddin Kamba melakukan aksi tunggal ‘bersih-bersih’ di Komisi Pemilihan Umum (KPU) DI Yogyakarta, Jumat, (10/1). Aksi tersebut merupakan bentuk keprihatinan atas kelakuan Komisioner KPU Pusat, Wahyu Setiawan yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan suap penetapan pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR Periode 2019-2024.

“Ini bentuk kritikan. OTT itu bukti independensi komisioner KPU patut dipertanyakan,” kata Baharuddin usai aksi.

Dalam aksi yang kembali dilakukan seorang diri itu, Bahar berbekal sebuah sapu lidi, segepok uang mainan, satu kaca pembesar, seplastik kembang setaman, dan sebotol air mineral. Baju sisi depan dan belakang ditempel kertas bertuliskan "Aksi Bersih-bersih KPU".

Baca Juga: Resmi Jadi Tahanan KPK, Wahyu Setiawan akan Mundur dari KPU

1. Menyapu duit mainan di halaman KPU DIY

Prihatin Kelakuan Wahyu Setiawan, Aktivis JCW Nyapu Duit di KPU DIYAktivis JCW menyapu duit mainan di KPU DIY, 10 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Aksi dimulai dengan menyebar segepok duit mainan di halaman Kantor KPU DIY. Kemudian Bahar menyapunya dengan sapu lidi bergagang kayu warna kuning.

Duit mainan merupakan bentuk simbol ada dugaan transaksi gelap dalam proses PAW anggota dewan. Dan transaksi itu melibatkan komisioner KPU yang kemudian dipertanyakan integritas dan moralnya.

“Ternyata untuk dapetin kursi dalam PAW itu pakai duit. Dan komisioner KPU minta (duit Rp 900 juta) pula,” kata Bahar.

2. Menelisik KPU dengan kaca pembesar

Prihatin Kelakuan Wahyu Setiawan, Aktivis JCW Nyapu Duit di KPU DIYAktivis JCW menelisik duit mainan dengan kaca pembesar di KPU DIY, 10 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Di sela-sela aksi ‘bersih-bersih’ KPU itu, Bahar juga menelisik duit-duit mainan dengan menggunakan kaca pembesar. Sesekali ia mendongakkan kepala untuk melihat gedung KPU DIY itu dengan menggunakan kaca pembesar pula. Aksi itu menjadi simbol ajakan kepada publik untuk turut memantau dan mengawasi kinerja KPU. Mengingat tak menutup kemungkinan ada komisioner KPU lainnya yang juga terlibat.

“KPK bilang ada tiga tersangka lain. Siapa lagi?” tanya Bahar.

Sementara sistem kepemimpinan dalam KPU adalah kolektif kolegial. Artinya, setiap keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama para komisioner, baik melalui mufakat atau pun pengambilan suara.

“Masak komisioner lainnya tidak tahu?” tanya Bahar curiga.

Celakanya, mantan anggota Badan pengawas Pemilu (Bawaslu) Pusat, Agustiani Tio Fridelina yang disebut orang kepercayaan Wahyu juga diduga terlibat. Aroma kongkalikong ditengarai Bahar menguat. Meski mantan Bawaslu, Bahar menduga Agustiani tahu celah-celah korupsi dilakukan di lembaganya.

“Jangan-jangan kasus ini semakin menguak bobroknya lembaga-lembaga negara,” kata Bahar.

3. KPU DIY dapat hadiah sapu lidi

Prihatin Kelakuan Wahyu Setiawan, Aktivis JCW Nyapu Duit di KPU DIYPerwakilan KPU DIY menerima sapu lidi dari aktivis JCW, 10 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Kemudian Bahar memberikan secara simbolis sapu lidi dan segepok uang yang diwakili Kepala Bagian Hukum, Teknis, dan Humas KPU DIY Sigit Purwadi. Namun Sigit enggan memberikan komentar berkaitan aksi tersebut.

“Saya hanya diminta Ketua KPU untuk menerima simbolisasi sapu lidi ini. Kalau soal statemen silakan kepada Ketua KPU,” kata Sigit.

Sementara Ketua KPU DIY Hamdan Kurniawan tengah tak berada di tempat.

4. KPU DIY diguyur kembang setaman

Prihatin Kelakuan Wahyu Setiawan, Aktivis JCW Nyapu Duit di KPU DIYAktivis JCW mengguyur lambang KPU DIY dengan kembang setaman, 10 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Aksi diakhiri dengan mengguyur dinding pagar depan kantor yang terpahat simbol “KPU DIY” dengan seplastik kembang setaman. Kemudian Bahar mengguyur dengan air dari botol plastik bekas air mineral.

“Ini simbol duka cita. Apakah ini yang pertama kali di KPU?” kata Bahar.

Ia berharap kelakuan Komisioner KPU Pusat itu tak menular ke KPU-KPU lain di daerah, termasuk di DIY. Apalagi tahun ini akan menggelar pemilihan kepala daerah di Sleman, Gunungkidul, dan Bantul secara serentak.

Baca Juga: Gagas Program Transparansi KPU, Wahyu Setiawan Malah Kena OTT KPK

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya