MCCC DIY, Tangani Pandemik Tidak Hit and Run

Mulai dari ambulans hingga pengisian tabung oksigen gratis

Yogyakarta, IDN Times - Sejak pandemik COVID-19 berlangsung, Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk lembaga ad hoc, Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) di setiap wilayah dan cabang. Tak terkecuali Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY yang mempunyai relawan MCCC yang tersebar di 82 cabang (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) di setiap kecamatan di DIY.

Pembentukan MCCC, menurut Ketua Majelis Pelayanan Sosial PWM DIY, Ridwan Fathoni, salah satunya karena menjadikan pandemik COVID-19 adalah bencana, meski bukan bencana alam. Penanganan pun laiknya menangani bencana yang dimulai dari tahap tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, hingga pulih.  

“Kami menangani bencana tidak hit and run. Sekali datang meninggalkan bantuan, terus pergi. Gak begitu. Tapi ada penanganan hingga pulih,” papar Ridwan saat dihubungi IDN Times, 1 Agustus 2021.

Baca Juga: Uang Tinggal Rp9 Ribu, Sopir Taksi di Malioboro Bingung Bayar SPP  

1. Merespons perubahan yang cepat dengan menambah layanan

MCCC DIY, Tangani Pandemik Tidak Hit and RunIlustrasi ambulans (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

MCCC, lanjut Ridwan, dibentuk lintas majelis, lintas lembaga, dan lintas organisasi otonomi. Aktivitas-aktivitas majelis atau lembaga di bawah Muhammadiyah yang berkaitan dengan penanganan pandemi pun berada di bawah koordinasi MCCC. Sebut saja, Majelis Pelayanan Sosial yang salah satunya menangani anak-anak yatim piatu juga di bawah koordinasi MCCC. Begitu juga Majelis Tabligh yang mengurus konsultasi agama.

“Karena selain ada konsultasi medis dan sosial, kami juga membuka konsultasi agama bagi warga dalam penanganan COVID ini,” kata Ridwan.

Sejumlah aktivitas kemanusiaan yang telah dijalankan selama pandemi ini antara lain penyediaan ambulans gratis untuk mengantar pasien maupun jenazah, layanan rumah sakit, penyediaan shelter untuk pasien Covid yang diberi istilah Pesantren Covid, juga layanan antar sembako dan obat (Go Medicine).

Sementara yang terbaru adalah layanan pengisian oksigen, peruktian jenazah infeksius, juga pendataan anak-anak yatim piatu karena orang tuanya meninggal akibat terpapar COVID-19. Penambahan layanan dilakukan mengingat rumah sakit yang menjadi garda akhir penanganan COVID-19 sudah kewalahan.

“Kami merespon perubahan yang cepat ini. Lalu kami menambah layanan,” kata Ridwan.

2. Antar jemput pengisian oksigen gratis untuk isoman

MCCC DIY, Tangani Pandemik Tidak Hit and RunIlustrasi tabung oksigen medis (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).

Melihat antrean orang-orang di tempat-tempat pengisian oksigen, sementara jumlah pasien isoman meningkat dan tak sedikit yang meninggal dunia karena tak mendapat pasokan oksigen, menurut Ridwan menjadi alasan MCCC DIY membuka layanan pengisian oksigen gratis. Layanan itu melalui program UAD (Universitas Ahmad Dahlan) Peduli yang merupakan bagian dari program MCCC. Warga tinggal menitipkan tabung oksigen kosong ke tiap-tiap PCM terdekat. Kemudian ambulans Muhammadiyah akan membawanya ke Kampus UAD di ring road selatan.  

“Jadi warga kami sarankan tidak langsung ke sana. Tapi titip saja. Ini untuk mengindari kerumunan dan antrean panjang,” kata Ridwan.

Sementara bagi warga yang membutuhkan pasokan oksigen cepat karena kondisi darurat, menurut Ridwan bisa menggunakan tabung oksigen yang tersedia di ambulans.

“Kalau pengisian sudah selesai, tabungnya bisa ditukar kembali,” kata Ridwan.

Dia pun memastikan proses mengantar tabung oksigen dan mengisi ulang tanpa biaya alias gratis. Proses pengisian dilakukan sejak pukul 07.00-22.00 yang dilakukan para staf UAD.

“Kami tengah merapatkan, mungkin gak melayani 24 jam. Karena banyak yang membutuhkan oksigen tengah malam,” kata Ridwan.

3. Melatih relawan merukti jenazah infeksius

MCCC DIY, Tangani Pandemik Tidak Hit and RunSimulasi pemulasaran jenazah pasien COVID-19. IDN Times/Daruwaskita

Peruktian jenazah infeksius juga mulai ditangani para relawan MCCC mengingat tim rukti di rumah sakit kewalahan.

“Kami instruksikan tiap cabang punya tim rukti,” kata Ridwan.

Saat ini, pihaknya mendatangkan trainer untuk melatih para relawan. Hingga kini, pelatihan masih dilakukan di tiap-tiap cabang. Para relawan peruktian jenazah ini yang akan turun ke rumah-rumah warga apabila ada yang meninggal dalam kondisi isoman.

“Pasien isoman yang meninggal kan banyak ya, setidak sejak Juli lalu,” kata Ridwan.

Baca Juga: UGM Fungsikan Rumah Peneliti Wanagama sebagai Selter COVID-19

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya