Girls, Pakai Pembalut Kain bisa Kurangi Volume Sampah lho!

Bisa dicuci dan dipakai berulang kali sehingga lebih irit

Sleman IDN Times – Pembalut yang biasa digunakan perempuan ketika menstruasi atau datang bulan, menurut Ketua Laboratorium Pengabdian Masyarakat Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Siti Aminah termasuk penyumbang sampah plastik yang besar.

Tidak hanya pembalut wanita, pampers yang biasa digunakan bayi maupun lanjut usia saban hari termasuk di dalamnya.

“Gas metana dua kali lebih beracun daripada gas karbondioksida,” kata Siti saat ditemui IDN Times usai diskusi bertajuk Menyikapi Perubahan Iklim di Indonesia yang digelar Jaringan Masyarakat Peduli Iklim (Jampiklim) DIY di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (13/9).

Lantaran itu pula, Siti mulai mengembangkan pembalut dari kain yang bisa dibuat sendiri sejak 2011. Dia menyebutnya Pembalut Kain Sehat Aminah Collection.

1. Pengepul sampah menolak pembalut

Girls, Pakai Pembalut Kain bisa Kurangi Volume Sampah lho!Анастасия Гепп dari Pixabay" target="_blank">Pixabay/Анастасия Гепп

Pengepul sampah pun tidak tertarik mengambil sampah pembalut, karena termasuk golongan sampah yang sulit diurai.

“Karena pembalut tak bisa diolah lagi,” kata Siti. Pembalut-pembalut itu pun dibiarkan menumpuk di tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) bersama sampah lain. 

Baca Juga: Pembangunan dan Sampah Plastik Sumber Terbesar Climate Change di Jogja

2. Pembalut kain bisa menggunakan baju kaos bekas

Girls, Pakai Pembalut Kain bisa Kurangi Volume Sampah lho!IDN Times/Galih Persiana

Bermula ketika program studinya berkeliling ke sejumlah desa binaan yang membuat produk-produk rumah tangga yang ramah lingkungan pada 2011. Salah satu produk yang dibuat adalah pembalut dari kain. Melalui program studinya, Siti menyempurnakannya agar lebih simpel dan nyaman dipakai.

Pembalut kain buatannya terdiri dari dua lapis jenis kain berbeda yang dijahit bolak-balik dan berfungsi sebagai celana. Bagian luar terbuat dari kain parasut dengan ketebalan 0,25 centimeter dan kain bagian dalam berupa kain katun. Di atas kain katun tersebut masih ditambah lembaran kain katun yang dilipat untuk menyerap darah menstruasi. Siti menyebut lembaran kain penyerap itu dengan istilah dempul.

“Dempul ini yang lebih sering diganti dan dicuci,” kata Siti.

Lembaran kain katun sebagai dempul itu pun bisa menggunakan baju kaos bekas, sehingga lebih irit biaya. “Baju bekas kalau tak dipakai lagi kan juga termasuk limbah sampah,” kata Siti.

3. Bentuk pembalut kain menyesuaikan selera pemakai

Girls, Pakai Pembalut Kain bisa Kurangi Volume Sampah lho!IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Bentuk dan ukuran pembalut kain bisa menyesuaikan selera penggunanya. Seperti untuk komunitas paraplegia atau difabel yang mengalami kelumpuhan dari pinggang ke bawah, pembalut kain dapat berfungsi sebagai pampers. Mengingat paraplegi tidak bisa mengontrol keluarnya air kencing sehingga harus selalu mengenakan pampers.

“Kalau di Maulaboh, Aceh, mereka membuat pembalut kain dengan bagian bokong celana lebih lebar,” kata Siti.

Sementara pembalut kain buatan Siti berbentuk standar seperti pembalut umumnya yang memanjang dan bersayap.

4. Memberikan pelatihan pembuatan pembalut kain ke pondok-pondok pesantren

Girls, Pakai Pembalut Kain bisa Kurangi Volume Sampah lho!IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Saat ini komunitas paraplegi yang sudah bisa menjadi produsen pembalut kain sejak 2015. Kemudian pada 2019 ini, Siti berfokus memberi pelatihan ke pondok pesantren perempuan di sejumlah daerah. Tak hanya di Jawa, melainkan juga hingga ke Aceh dan Sulawesi.

“Yang penting ada yang bisa menjahit,” kata Siti yang menjual pembalut kain buatannya melalui online maupun bisa memesan langsung dengan harga Rp 25 ribu per pembalut. Setidaknya ada 500 buah pembalut kain yang diproduksinya per bulan.

Baca Juga: Aksi Jumat Peduli Iklim di Yogyakarta Terinspirasi Greta Thunberg 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya