Puluhan petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Sleman, mengeluhkan masalah pertanian yang belum ada penyelesaian hingga hari ini. (IDNTimes/Tunggul Damarjati)
Suhar (67), salah seorang petani asal Turi mengeluhkan perihal tanaman cabainya yang kerap terkena penyakit antraknosa alias patek. Risiko gagal panen juga sering ia hadapi. Meski demikian, Suhar dan rekan-rekan petani lainnya masih saja sulit mencari obat dan bantuan dari pemerintah.
"Kadose mboten entene (rasa-rasanya tidak ada)," kata Suhar ditemui di area persawahan Harjobinangun, Pakem, Sleman, Rabu (30/10/2024).
Suswantini, petani asal Seyegan mengaku selain obat-obatan tanaman, dirinya sulit memperoleh pupuk, serta ditambah masalah pengairan.
Pertanian hortikultura menurutnya sering tak optimal hasilnya karena persoalan air yang melanda setiap musim kemarau.
"Obat-obatan, pupuk harganya mahal. Kalau air ini kering terus, solusinya kita buat sumur sendiri, pompa sendiri. Sudah ada bantuan sebenarnya, tapi musim kemarau kering, nggak keluar atau cuma sedikit airnya. Kan itu buat kelompok, jadi kehabisan airnya," kata Suswantini.
"Kami sering bawa air ke rumah pakai galon bawa ke sawah," timpal Fatonah, petani asal Kalasan.