Petani Sleman Sambat Sulit Pupuk, Air hingga Alat Pertanian Tak Merata

- Puluhan petani di Sleman mengeluhkan masalah pertanian yang belum terselesaikan hingga hari ini, berharap Pilkada 2024 dapat melahirkan pemimpin yang membawa solusi.
- Petani mengalami kesulitan mendapatkan obat dan bantuan dari pemerintah, serta menghadapi persoalan air, pupuk, dan peralatan pertanian yang tidak merata.
- Ketua PSM menambahkan bahwa petugas penyuluh pertanian lapangan hadir secara perorangan, sedangkan petani meminta pendampingan untuk kesuksesan mereka. Harapan para petani adalah adanya pemimpin baru yang memperhatikan nasib mereka.
Sleman, IDN Times - Puluhan petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Sleman, mengeluhkan masalah pertanian yang belum ada penyelesaian hingga hari ini.
Mereka yang tergabung dalam forum Petani Sleman Madani (PSM) berharap, Pilkada Sleman 2024 mampu melahirkan pemimpin yang menghadirkan jalan keluar atas beragam persoalan dan kesejahteraan bagi petani.
1. Klaim tak tersentuh tangan pemerintah

Suhar (67), salah seorang petani asal Turi mengeluhkan perihal tanaman cabainya yang kerap terkena penyakit antraknosa alias patek. Risiko gagal panen juga sering ia hadapi. Meski demikian, Suhar dan rekan-rekan petani lainnya masih saja sulit mencari obat dan bantuan dari pemerintah.
"Kadose mboten entene (rasa-rasanya tidak ada)," kata Suhar ditemui di area persawahan Harjobinangun, Pakem, Sleman, Rabu (30/10/2024).
Suswantini, petani asal Seyegan mengaku selain obat-obatan tanaman, dirinya sulit memperoleh pupuk, serta ditambah masalah pengairan.
Pertanian hortikultura menurutnya sering tak optimal hasilnya karena persoalan air yang melanda setiap musim kemarau.
"Obat-obatan, pupuk harganya mahal. Kalau air ini kering terus, solusinya kita buat sumur sendiri, pompa sendiri. Sudah ada bantuan sebenarnya, tapi musim kemarau kering, nggak keluar atau cuma sedikit airnya. Kan itu buat kelompok, jadi kehabisan airnya," kata Suswantini.
"Kami sering bawa air ke rumah pakai galon bawa ke sawah," timpal Fatonah, petani asal Kalasan.
2. Bantuan peralatan pertanian tak merata

Fatonah juga menyebut bantuan peralatan pertanian selama ini juga tidak merata. Bahkan, peralatan seperti traktor yang dialokasikan bagi kelompok tani tak bisa dipakai oleh anggotanya karena minimnya unit bantuan.
"Akadnya kan buat bersama, harusnya bergantian. Tapi kadang nggak digilir. Ada juga alat yang mangkrak, anggota nggak bisa mengakses. Kami juga ingin bisa menikmati bantuan pemerintah agar petani sama-sama maju," sambung dia.
3. Petani meminta untuk segera dicarikan solusi

Ketua PSM, Dwi Susilawati menambahkan, para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hadir bukan di tengah kelompok tani, melainkan turun langsung menemui petani secara perorangan.
Harapannya dengan berbagai keluhan petani bisa langsung segera dicarikan solusi. Termasuk permintaan untuk memperbanyak bantuan sumur.
"Karena selama ini yang didampingi, diutus dari dinas itu kelompok, cuma di kelompok yang ditunjuk oleh dinas. Kita ingin PPL mendampingi untuk kesuksesan para petani. Protes kami ke pemerintahan Sleman. Sarana prasarana yang dikasih cuma ke kelompok, sedangkan keluhan sangat dirasakan petani kecil," tegasnya.
Para petani yang tergabung forum PSM ini berharap, Pilkada Sleman 2024 melahirkan pemimpin baru yang memperhatikan nasib para petani dan tak sekadar mengobral janji-janji kampanye. "Kami di sini adalah petani, murni mengutarakan isi hati kami," pungkas Susi.