Potret Puro Pakualaman, Jogja (IDN Times/Dyar Ayu)
Pura Pakualaman mengangkat lakon Wahyu Cakraningrat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa kepemimpinan bukanlah persoalan kekuasaan dan kekuatan, tapi anugerah Yang Maha Kuasa.
"Lakon ini mengajarkan bahwa kepemimpinan bukan soal warisan atau kekuatan fisik semata, melainkan anugerah Tuhan. Dan kepemimpinan itu hanya akan datang kepada mereka yang berjiwa welas asih, adil, dan mampu mengayomi rakyatnya. Pagelaran ini pun kami buka untuk umum, bahkan kami mengundang rekan-rekan atau relasi abdi dalem yang berasal dari negara lain,” ungkapnya.
Ia menceritakan lakon wayang ini berkisah tentang turunnya wahyu agung bernama Cakraningrat, yang merupakan pusaka gaib berupa sinar suci dan diyakini memberi legitimasi, kekuatan, serta kewibawaan bagi seorang raja untuk memimpin jagat.
"Diceritakan, wahyu ini hanya akan menetap pada seorang ksatria yang suci hati, berbudi luhur, dan mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dan kabar tentang turunnya wahyu ini mengguncangkan para raja dan ksatria dari berbagai kerajaan. Masing-masing berambisi untuk mendapatkannya, bahkan rela saling bertempur dan menyingkirkan saudara sendiri,” paparnya.