Aksi penolakan pembangunan ruas jalan tol Jogja-Solo dilakukan oleh puluhan warga Bayen, Purwomartani, Kalasan. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Menurut Rachmat, hal-hal yang menyangkut penggunaan Sultan Ground untuk pembangunan tol sejauh ini masih berproses di Kawedanan Panitikismo, atau lembaga pada Keraton Yogyakarta yang mengurusi tanah-tanah kasultanan.
"Update terakhir yang kami terima masih di sana, masih di Panitikismo," pungkas Rachmat.
Sebelumnya, aksi penolakan pembangunan ruas jalan tol Jogja-Solo dilakukan oleh puluhan warga Bayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Rabu (7/2/2024). Mereka menolak jalan tol dibangun sebelum ada kepastian soal relokasi makam warga.
"Kami Warga Bayen Menolak Pembangunan Jalan Tol Di Wilayah Dusun Bayen Sebelum Ada Pemindahan Makam," tulis spanduk yang ada di spanduk warga.
Dukuh Bayen, Mukti Sukamdani menerangkan, aksi ini dilatarbelakangi kekhawatiran warga karena belum ada kejelasan ikhwal skema pemindahan dua kompleks makam terdampak tol Yogyakarta-Solo yang berada di Bayen.
"Intinya bertujuan ada perhatian khusus dari pihak panitia tolnya. Jadi biar ada kejelasan," kata Mukti, Rabu (7/2/2024) malam.
Mukti menjelaskan, warga khawatir dua makam di tempat mereka tidak dipindah atau malah diterabas oleh pembangunan jalan tol.
Mukti menerangkan, kedua makam Berada di atas tanah Sultan Ground. Satu makam terdampak penuh pembangunan tol Yogyakarta-Solo, sedangkan kompleks makam lainnya terimbas sebagian.