Presiden Jokowi hadir dalam Festival Lingkungan, Energi, Kehutanan, Energi Baru Terbarukan (LIKE) di Indonesia Arena GBK, Jakarta (dok. Sekretariat Presiden)
Fahmy menyebut target Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 tidak tercapai, lantaran pada 2023 baru mencapai 12,8 persen. Bukannya menggeber pencapaian, pemerintah justru menurunkan target EBT menjadi 17 persen pada 2025. Kendati diturunkan, target EBT itu masih sulit dicapai karena waktu hanya tersisa satu tahun.
"Salah satu penyebab tidak tercapainya target EBT itu adalah kebijakan transisi eneregi setengah hati, yang cenderung kontradiktif dengan percepatan program transisi energi," ujar Fahmy.
Disebut Fahmy salah satunya adalah, pemerintah masih menolerir pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Data pada akhir 2020 menunjukan bauran energi primer untuk Pembangkit Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih didominasi oleh batubara sebesar 57,22 persen, disusul gas 24,82 persen, BBM 5,81 persen, sedangkan porsi EBT baru mencapai sebesar 12,15 persen.