Pencak Wisata Budaya, Kenalkan WNA Belajar Silat hingga Jemparingan

- Pencak Malioboro Festival kembali digelar pada Oktober 2024 dengan tajuk 'Pencak Wisata Budaya 4', mengenalkan warisan budaya Indonesia.
- Program membuka wawasan pencak silat dan budaya lokal kepada WNA yang kuliah di UGM, dengan konsep camp pelatihan dan lomba koreografi pencak untuk anak.
- Puncak acara Pencak Wisata Budaya 4 adalah parade ribuan pesilat selama empat jam di Titik Nol Kota Yogyakarta pada tanggal 26 Oktober, menampilkan keberagaman pencak silat tradisional.
Yogyakarta, IDN Times - Ajang dua tahunan Pencak Malioboro Festival kembali digelar pada Oktober 2024 dengan tajuk 'Pencak Wisata Budaya 4'. Serangkaian agenda digelar guna memeriahkan acara yang bertujuan mengenalkan warisan budaya Bangsa Indonesia.
1. Kenalkan silat hingga jemparingan ke mahasiswa mancanegara

Yosi anggota Komunitas Paseduluran Angkringan Silat menuturkan, salah satu agenda dalam Pencak Wisata Budaya 4 adalah, membuka wawasan pencak silat dan berbagai budaya lokal lain kepada warga negara asing (WNA) yang kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Para mahasiswa ini 'nge-camp' di Desa Sangurejo, Turi, Sleman pada 24-26 Oktober 2024 dan diikutsertakan dalam kunjungan ke tempat pembuatan keris, ikat kepala tradisional, belajar gamelan, membatik, dan tentunya menjajal gerakan pencak silat.
Program ini mengambil konsep camp pelatihan dimana para WNA akan berbaur dengan penduduk setempat.
"Diperkenalkan budaya kita, Diperkenalkan dan kalau berikutnya mau belajar, dipersilakan," kata Yosi kepada awak media di Yogyakarta, Rabu (23/10/2024).
Pada hari yang sama, akandiselenggarakan lomba koreografi pencak untuk anak di Taman Pintar. Acara ini menggabungkan seni budaya, olahraga dan hiburan untuk memperkenalkan pencak silat kepada generasi muda. Lomba ini memperebutkan Piala bergilir KGPAA Paku Alam X.
Taman Pintar juga menjadi lokasi kegiatan lainnya, seperti workshop bazaar dan mewarnai bertemakan pencak silat.
2. Pencak 4 Jam, ajang pesilat pamer jurus

Puncak acara Pencak Wisata Budaya 4, kata Yosi, dipusatkan di Titik Nol Kota Yogyakarta lewat parade ribuan pesilat selama empat jam atau 'Pencak 4 Jam' pada tanggal 26 Oktober.
Dalam Pencak 4 Jam ini, masyarakat berkesempatan melihat lebih dekat keberagaman pencak silat, sekaligus jadi sarana para praktisi silat tradisional dalam menunjukkan serta mempromosikan kekhasan aliran masing-masing.
Menurut Yosi, acara ini diikuti oleh puluhan perguruan pencak silat dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan Kalimantan. "Kami ada istilahnya 'kaulan', yaitu bersilat tampil menunjukkan keahliannya. Memperkenalan pencak silat dalam ranah budaya, bukan pertandingannya ya," ujar Yosi.
"Tahun 2019 kami ada delapan ribu pesilat pawai (parade ilmu) dari 60 perguruan," jelasnya.
3. Kenalkan wajah pencak silat sesungguhnya

Yosi menambahkan, agenda rutin dua tahunan ini sudah diselenggarakan sejak 2012 dengan tujuan melestarikan pencak silat sebagai budaya tak benda Tanah Air yang telah diakui dunia.
Acara yang mendapat dukungan dari Dana Keistimewaan (Danais), diharapkan mampu menjadi wadah yang merangkul seluruh elemen pencak silat tradisional. Baik aliran, perguruan, maupun pemerhati agar bersama-sama melestarikan warisan budaya dan menjadikan pencak silat tradisional sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan ) DIY, Dwi Agung Hernanto menyatakan dukungan Danais untuk Pencak Wisata Budaya 4 tak lain sebagai upaya Pemda DIY berkontribusi untuk menjaga eksistensi pencak silat.
"Kadang-kadang orang tak paham silat ini bisa untuk srawung, pertunjukkan, dan sebagainya. Tahunya untuk bela diri bahkan tawuran, ini yang kita minimalkan. Bahwa budaya kita dari nenek moyang kita adalah ini sebagai cara mengolah raga dan rasa sehingga antar sesama praktisi pencak ini bisa rukun dan terjadi perdamaian," ujar Suryadi dari Paseduluran Angkringan Silat.