Sarana hidran kota atau hidran basah yang sudah dibangun. (Dok. Istimewa)
Menurutnya Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah kecil tapi padat penduduk, sehingga risiko kebakaran menjadi tinggi. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran sudah dilakukan seperti membangun Inovasi Sistem Jaringan Hidran Kering (SI JARIK) di kampung yang padat penduduk, dan akses jalan sempit untuk armada pemadam kebakaran.
Upaya nonfisik melalui inovasi MAS JAKA dengan membangun membangun kesadaran masyarakat, peran pemangku kepentingan untuk pencegahan kebakaran. Sementara untuk penanggulangan kebakaran di kawasan sumbu filosofi sudah tersedia jaringan hidran kota.
Taokhid mengatakan hidran kota atau hidran basah itu dari PDAM yang sudah ada airnya dan tekanannya harus memenuhi standar sehingga langsung bisa disambungkan dengan selang untuk pemadaman kebakaran. Namun jaringan hidran kering yang terbangun di kawasan penyangga sumbu filosofi baru tersedia 40 persen.
“Dengan adanya MAS-JAKA ini manfaat untuk masyarakat adalah meningkatkan kemandirian dan kehandalan sistem keselamatan kebakaran di wilayah sehingga indeks ketahanan dan keselamatan kebakaran akan meningkat,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Moch Nur Faiq menyampaikan pembangunan hidran kampung akan diprioritaskan di wilayah penyangga sumbu filosofi. Pada tahun 2024, pembangunan hidran kampung dilakukan di wilayah Keparakan Lor yang kondisinya padat permukiman dan bagian dari wilayah penyangga sumbu filosofi.