Pemkab Gunungkidul Lakukan Prosesi Jamasan Pusaka, Ini Maknanya

Gunungkidul, IDN Times - Ritual jamasan atau pembersihan pusaka dilakukan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Tradisi yang dilakukan saat Bulan Suro berlangsung di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Kamis (24/7/2025).
1. Prosesi jamasan pusaka Pemkab Gunungkidul

Prosesi jamasan pusaka atau tosan aji ini diawali pengambilan pusaka milik Pemkab Gunungkidul, yakni tombak Kyai Margo Salurung yang disimpan di ruangan khusus.
Pusaka Kyai Margo Salurung bersama pusaka lainnya diletakkan di tengah bangunan Joglo Bangsal Sewokoprojo. Di tempat tersebut sudah disiapkan sesaji berisi ingkung hingga makanan tradisional.
Setelah didoakan, kain penutup tombak dan warangka dibuka lalu dicuci dengan air dan dikeringkan, kemudian diberikan minyak.
Selama prosesi pembersihan tidak diperbolehkan ada warga yang berada di depan ujung tombak. Setelah pusaka utama dijamas, menyusul pusaka yang lain milik Pemkab Gunungkidul, dan pejabat.
2. Pembersihan pusaka dan hati nurani

Salah satu Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Kanjeng Mas Tumenggung Dwijo Asmoro mengatakan, jika bilah pusaka masih bersih, cukup dibersihkan menggunakan air dan sabun. Namun, jika muncul karat, pusaka harus direndam menggunakan air kelapa hijau dengan jeruk. Selanjutnya dibersihkan menggunakan air dan sabun.
Setelah pusaka kering, kemudian diberi minyak dengan pengharum sesuai keinginan pemilik. Tujuannya agar pamor atau motif di dalam pusaka awet. "Jadi makna secara fisik membersihkan pusaka, secara batin memohon kepada yang kuasa membersihkan hati nurani dari hal buruk," katanya.
3. Prosesi jamasan bukan hanya membersihkan pusaka

Sementara Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, mengatakan tosan aji bukan sekadar benda pusaka seperti keris, tombak, wedung, atau patrem, melainkan simbol nilai luhur yang diwariskan para leluhur.
“Tosan Aji adalah simbol kearifan, keberanian, dan keteguhan. Nilai ini penting untuk kita hidupkan kembali sebagai fondasi membangun karakter bangsa yang tangguh dan beradab,” ujar Bupati.
Menurutnya, prosesi jamasan bukan hanya membersihkan pusaka secara fisik, namun juga menjadi simbol penyucian jiwa dan penghormatan terhadap warisan budaya. “Filosofinya tidak hanya membersihkan warangkanya saja, tapi juga membersihkan segalanya secara spiritual,” katanya.
Bupati menjelaskan, pelaksanaan jamasan kali ini dikhususkan untuk jajaran pejabat daerah. Bagi warga akan difasilitasi melalui kegiatan serupa yang digelar di 10 lokasi oleh Dinas Kebudayaan Gunungkidul
“Petani, pedagang pun banyak yang memiliki tosan aji. Sesuai dengan kodamnya masing-masing, ada yang untuk penglarisan, pertanian, dan sebagainya,” ucapnya.