ilustrasi petani (unsplash.com/Maksym Ivashchenko)
Pengamat kebijakan sosial ekonomi pertanian, Prof. Subejo, menyebut gangguan stabilitas produksi pangan disebabkan oleh penggunaan pupuk yang tidak efisien, terbatasnya alat pertanian, dan minimnya irigasi.
Ia juga menyoroti usia rata-rata petani yang semakin tua serta rendahnya minat generasi muda pada sektor ini. “Tugas yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong masyarakat Indonesia usia muda untuk masuk ke dunia pertanian untuk regenerasi,” ujarnya, dilansir laman resmi UGM.
Subejo menambahkan, rendahnya kompetensi SDM petani, yang sebagian besar hanya lulusan sekolah dasar, menjadi tantangan lain. “Semua faktor tersebut perlu diperbaiki dan dikelola dengan baik akan sangat berpengaruh pada ketahanan pangan Indonesia ke depan,” jelasnya.
Ia pun menilai rencana alih fungsi 20 juta hektare lahan untuk energi belum mendesak. Kebutuhan energi berbasis kelapa sawit atau bioetanol dinilai masih bisa dipenuhi dengan hutan sawit yang ada saat ini.