Game Kelana Boga dan Cotton Match, Kenalkan Pangan dan Tenun Lokal

Edukasi anak muda lewat game seru

Intinya Sih...

  • GEF SGP Indonesia dan Terasmitra merilis game Kelana Boga dan Cotton Match di Yogyakarta.
  • Game bertema pangan lokal dan tenun tradisional untuk edukasi generasi muda terhadap kekayaan budaya Indonesia.
  • Pembuatan game dilakukan untuk mendekatkan isu keanekaragaman hayati, perubahan iklim, lahan kritis kepada generasi muda melalui media digital berupa game.

Yogyakarta, IDN Times - Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama Perkumpulan Terasmitra (TM) berkolaborasi dengan dua pengembang game lokal merilis game bertema pangan lokal dan tenun tradisional di Yogyatorium, Kota Yogyakarta, Sabtu (22/6/2024). Permainan tersebut bernama Kelana Boga oleh Plexus Studio dan Cotton Match oleh Wisageni.

Game ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, permainan ini juga berupaya mempromosikan keberlanjutan lingkungan melalui pemahaman yang lebih dalam tentang pangan lokal dan teknik tenun tradisional.

1. Edukasi anak muda lewat game

Game Kelana Boga dan Cotton Match, Kenalkan Pangan dan Tenun LokalKoordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Catharina Dwihastarini. (Dok. istimewa)

Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Catharina Dwihastarini, mengatakan pembuatan game ini merupakan salah satu cara memperkenalkan keanekaragaman pangan lokal dan tenun tradisional. Hal ini sebagai dukungan atas isu yang diusung oleh GEF SGP, yaitu keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan lahan kritis.

Berangkat dari hobinya bermain game Candy Crush, Catharina pun berupaya memadukan isu yang ada dengan media digital berupa game, agar dapat menjangkau generasi muda.

"Idenya bagaimana kita mendekatkan kembali dengan anak muda yang dekat sekali dengan gadget dan senang bermain (game). Mulailah kita mencari teman-teman di luar lingkaran LSM yang bergerak di bidang permainan," ucap Catharina dalam sesi konferensi pers peluncuran Kelana Boga dan Cotton Match.

Menurut Catharina, ia menggandeng pihak developer yang awalnya tidak tahu dengan pangan lokal dan tenun tradisional, agar game ini menjadi media edukasi bersama. "Dari situ lahirlah Kelana Boga dan Cotton Match," ujarnya.

Ia menambahkan, pangan lokal yang diangkat Kelana Boga berupaya mendorong kesadaran atas isu ketahanan pangan. "Ketahanan pangan itu berasal dari lokasi-lokasi daerah. Karena di Indonesia, tidak semua makan beras. Mereka punya makanan-makanan lokal sendiri yang tumbuh di sana," imbuhnya.

2. Tantangan dalam mengembangkan game

Game Kelana Boga dan Cotton Match, Kenalkan Pangan dan Tenun LokalCo-Founder Wisageni, Vania Marita. (IDN Times/Paulus Risang)

Co-Founder Wisageni, Vania Marita, mengaku menghadapi sejumlah tantangan dalam mengembangkan game Cotton Match. Menurutnya, proses awalnya cukup menyulitkan karena tenun tradisional bukan hal yang familier bagi mereka. 

"Awalnya bingung banget ya, untuk menerjemahkan menjadi game itu mencari referensinya cukup susah. Tapi harapannya ini bisa jadi media yang oke sebagai langkah awal (untuk mengedukasi tentang tenun)," ucap Vania.

Terkait isu tenun, Catharina menambahkan bahwa gerakan edukasi tersebut sudah lama digagas melalui Weaving for Life. Menurutnya, tenun di Indonesia sangat beragam. "Dan itu harus diceritakan lagi ke banyak pihak, terutama anak muda," kata dia.

Baca Juga: 100 Lebih Model Muda Jogja Berebut Tiket Tampil di JFW 2024 

3. Tidak ingin game yang menggurui

Game Kelana Boga dan Cotton Match, Kenalkan Pangan dan Tenun LokalCEO Plexus Studio, Iqbal Aribaskara (kanan). (Dok. istimewa)

Sementara, CEO Plexus Studio, Iqbal Aribaskara, mengaku awalnya merasa asing dengan sejumlah hidangan yang ada saat mengembangkan game Kelana Boga. Namun dari situ pihaknya banyak belajar tentang khazanah kuliner dari berbagai daerah, termasuk sejarah dan bahan-bahannya. 

"Yang paling tricky adalah kami gak ingin game ini jadi menggurui, kayak 'edugame', dalam tanda kutip, yang secara umum beredar di pasaran. Sementara tugas utamanya membuka mata orang-orang seperti saya, bahwa masakan Indonesia itu gak cuma yang biasa kita temui sehari-hari," kata dia.

Terkait dipilihnya genre match-three untuk kedua game tersebut, Vania mengatakan bahwa kuliner dan tenun dekat dengan perempuan, dan genre ini sangat populer di kalangan perempuan dan anak-anak. Iqbal menambahkan, game ini juga mudah dimainkan oleh semua kalangan.

Baca Juga: Padukan Tradisional dan Modern Sepatu Lokal Bersaing di Pasar Global  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya