Bekerja di BUMN Masih jadi Daya Tarik bagi Millennial

Holding Perkebunan Nusantara luncurkan Corporate University

Yogyakarta, IDN Times - COO IDN Media, William Utomo mengatakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menjadi daya tarik bagi Millennial. Menurutnya, di antara 63,5 juta anak muda berusia 21-36 tahun yang termasuk angkatan kerja, masih banyak dari mereka yang ingin bekerja di BUMN. 

"BUMN punya satu competitive edge yang tidak digembor-gemborkan perusahaan swasta, yaitu (kesempatan) membangun Indonesia. Itu adalah employer branding dari BUMN," ujar William saat menjadi pembicara dalam peluncuran Perkebunan Nusantara Corporate University di Gedung LPP Agro Nusantara Yogyakarta, Kamis (5/3).

Baca Juga: IMS 2020: The Visionary, Tipe Millennial yang Gak Suka Bertele-tele

1. Stereotip millennial selama ini hanya mengacu pada satu tipe

Bekerja di BUMN Masih jadi Daya Tarik bagi MillennialCOO IDN Media William Utomo memaparkan 7 tipe Millennial. IDN Times/Paulus Risang

Menurut William, stereotip Millennial yang sering disebutkan di media sebenarnya kurang tepat. Mereka sering disebut sebagai generasi malas, generasi instan yang suka jadi "kutu loncat".

"Yang sering kita dengar stereotip di media itu mewakili millennial nomor satu, yaitu The Adventurer. Sedangkan ada 7 tipe menurut pemetaan kita," terang William.

Berdasarkan data dari Indonesia Millennial Report 2020 yang disusun oleh IDN Research Institute, Millennial dipetakan menjadi 7 berdasarkan berbagai aspek, seperti keluarga, edukasi, pilihan karier, konsumsi media, pandangan politik, perilaku berinternet, dan masih banyak lagi.

Hasilnya, selain The Adventurer , masih ada tipe The Visionary (visioner), The Artist (seniman), The Leader (pemimpin), The Socializer (sosial), The Conservative (konservatif), dan The Collaborator (Kolaborator).

2. Tipe The Visionary dan The Leader paling cocok dengan BUMN, khususnya perkebunan

Bekerja di BUMN Masih jadi Daya Tarik bagi MillennialIDN Times/Paulus Risang

Di antara ketujuh tipe Millennial di atas, William mengatakan bahwa tipe The Visionary dan The Leader cocok untuk masuk ke sektor BUMN, khususnya perkebunan. The Visionary dan The Leader sama-sama memahami tujuan mereka dan mau bekerja untuk jangka panjang.  

"Mereka percaya konsep delayed gratification. Gak apa-apa gak enak di awal tapi ke depannya jalur karier bisa lebih terbuka," ujarnya.

Kedua tipe tersebut juga menganggap penempatan di berbagai daerah sebagai keuntungan, karena pengalaman mereka lebih kaya dibandingkan jika hanya ditempatkan di satu kota atau daerah.

"Jadi mereka yang punya longer-term goal seperti itulah yang akan cocok untuk bekerja di perkebunan atau remote area," lanjut William.

3. Bentuk transformasi Perkebunan Nusantara Holding lewat Corporate University

Bekerja di BUMN Masih jadi Daya Tarik bagi MillennialLaunching Perkebunan Nusantara Corporate University di LPP, Kamis (5/3). IDN Times/Yogie Fadila

Pemaparan William menjadi sarana bagi BUMN, khususnya Holding Perkebunan Nusantara, untuk lebih memahami Millennial yang kelak akan memimpin di segala sektor. 

Direktur Sumber Daya Manusia Holding Perkebunan Nusantara, Wing Antariksa mengatakan, peluncuran Corporate University adalah bagian dari transformasi Holding Perkebunan Nusantara dalam mengembangkan talenta pemimpin BUMN di masa depan.

Menurutnya, konteks university yang dimaksud bukanlah membangun bangunan fisik, melainkan memberdayakan tenaga ahli sebagai sumber informasi dan rujukan bagi seluruh anak perusahaan di Perkebunan Nusantara serta menjadi laboratorium pembelajaran dan inovasi.

"Kita berharap di masa depan terobosan-terobosan dan inovasi bisa lahir dari Corporate University Perkebunan Nusantara. Ada transformasi karena kita ingin leader-leader di masa depan dicetak dengan program yang baik, berjenjang, dan persiapan yang matang," tuturnya.

4. Millennial yang potensial diharapkan bisa ikut memimpin

Bekerja di BUMN Masih jadi Daya Tarik bagi MillennialDirektur Sumber Daya Manusia Holding Perkebunan Nusantara, Wing Antariksa. IDN Times/Yogie Fadila

Wing berharap, ke depannya Millennial bisa lebih mendapatkan ruang-ruang untuk memimpin. Hal ini sejalan dengan keinginan Menteri BUMN Erick Thohir yang menargetkan minimal 10 persen kursi direksi dipegang oleh Millennial.

"Kami ingin ada akselerasi. Bila di masa lalu menjadi pejabat pimpinan atau direksi harus melewati masa kerja atau usia tertentu, Kita ingin ke depannya lebih melihat kinerja dan potensi ini sehingga Millennial tidak harus menunggu hingga puluhan tahun. Apabila mempunyai potensi dan sanggup untuk bekerja di perusahaan maka akan diberikan kesempatan," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Memilih 7 Millennial menjadi Staf Khusus, Mengapa?  

Topik:

  • Paulus Risang
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya