Ilustrasi rumah sakit. (IDN Times/Khaerul Anwar)
Tingkat kematian akibat leptospirosis di Kota Yogyakarta tahun ini tercatat mencapai 31 persen dari total kasus yang ada. Tingginya angka tersebut disebut berkaitan dengan keterlambatan pemeriksaan, terutama karena gejala penyakit ini tidak spesifik.
Gejala awal seperti demam, sakit kepala, dan pegal sering kali dianggap sebagai keluhan ringan, seperti masuk angin atau kelelahan.
“Gejala klinisnya tidak spesifik, sehingga sering kali pasien tidak menyangka terinfeksi leptospirosis. Banyak yang merasa hanya sakit biasa karena kelelahan atau kehujanan, jadi tidak segera mencari pertolongan medis,” kata Lana.
Dari pengamatan Dinas Kesehatan, sebagian besar pasien baru datang ke fasilitas kesehatan setelah kondisinya memburuk. Salah satu kasus meninggal terbaru, yaitu pasien ke-19, mulai mengalami gejala sejak 30 Juni 2025. Pasien baru mendatangi rumah sakit pada 7 Juli dan meninggal sehari setelahnya, pada 8 Juli.
Pasien sempat diperiksa di rumah sakit tipe D yang tidak memiliki fasilitas hemodialisis, sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit rujukan. “Namun, belum sempat cuci darah, pasiennya sudah meninggal,” ujarnya.