Pakar Komunikasi Politik UGM, Nyarwi Ahmad. (Tangkapan layar YouTube.com/IDN Times)
Menurut Nyarwi, ada 10 jenis aktor utama yang bisa mempengaruhi terjadinya penundaan Pemilu 2024.
Yang pertama adalah Presiden yang dalam kapasitasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta sebagai aktor politik yang memimpin parpol-parpol koalisi pendukung pemerintah. Kedua, adalah aktor yang berpengaruh di sekitar Istana.
"Termasuk menteri-menteri, ada yang sangat berpengaruh sampai kurang berpengaruh. Tapi tetap saja bisa memberikan rekomendasi pendapat atau masukan kepada Presiden untuk mendorong atau menyuarakan (penundaan pemilu)," jelasnya.
Yang ketiga, yaitu parpol-parpol papan atas dan menengah yang menguasai kursi di DPR. Apalagi, jumlah parpol yang duduk di DPR mayoritas mendukung pemerintahan Joko Widodo.
"Walaupun kita tahu parpol ini terbelah dalam sikapnya mengenai penundaan pemilu, tapi dinamika politik itu selalu cair. Kita tidak tahu kan Setahun dua tahun lagi menjelang mepet (pemilu) dinamika juga terjadi."
Berikutnya, organisasi-organisasi sosial keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, pemimpinnya punya pengaruh sosial, kultural, maupun moral ke kelompok masyarakat luas.
Kelima, pimpinan organisasi masyarakat atau aktivis masyarakat sipil. Keenam, adalah penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu yang kinerjanya akan menjadi sorotan.
Selanjutnya, Nyarwi juga menyebutkan pihak-pihak seperti akademisi dan aktivis kampus, aktivis pro-demokrasi, media massa mainstream, serta pegiat media sosial, termasuk para relawan yang mendukung maupun yang menolak penundaan pemilu 2024, baik yang bersifat natural-organik maupun rekayasa.
"Kita harus cermati semua aktor ini geraknya, opininya seperti apa. Selain itu media kan juga selalu mengecek statement aktor-aktor ini. Bulan kemarin (ngomong) apa, periode tahun lalu apa, perubahannya seperti apa," paparnya.