ilustrasi garam (pexels.com/LorenaMartinez)
Terkait banyaknya kasus hipertensi dan menyerang usia muda, Ali Baswedan menuturkan situasi dan kondisi saat ini sangat memungkinkan untuk itu. Sumber garam disebutnya, sebagai salah pemicu utama hipertensi. Padahal, hal ini berdekatan dengan kehidupan nyata manusia. Ia terbiasa berada di dapur berikut dengan yang lainnya seperti penyedap rasa atau MSG (micin), berbagai bahan lain yang mengandung pengawet kecap, saos, sambal sachet, camilan, makanan ringan dan lain-lain. Semua itu merupakan sumber garam yang memiliki sangat berlebihan.
“Dengan mengonsumsi garam secara terus menerus maka natrium akan masuk sel, pada saat masuk sel maka cairan juga akan masuk kedalam semua sehingga bisa overload (kelebihan ) cairan dan kelebihan cairan ini membuat jantung memompa lebih kuat sehingga menaikkan tensi," paparnya.
Menurutnya, sebanyak 60 persen mereka yang memiliki keturunan darah tinggi sensitif terhadap garam. Sedang 40 persen lainnya tidak sensitif.
ilustrasi orang diperiksa tekanan darahnya (unspalsh.com/Mufid Majnun)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan RI terdapat sebesar 8,7 persen penderita hipertensi berusia 15-24 tahun. Sementara data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1 persen.
Dari data tersebut angka kejadian tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44.1 persen, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2 persen. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6 persen, umur 45-54 tahun 45,3 persen, umur 55-64 tahun 55,2 persen.