Potret keindahan Candi Borobudur (pixabay.com/jumbojet)
Aditya termasuk dalam kalangan arkeolog yang sepakat bahwa wacana pemasangan chattra oleh Pemerintah Indonesia tak cukup ditunda, tapi harus dihilangkan sepenuhnya. Penambahan chattra pada stupa inti hanya akan menyalahi prinsip pemugaran dan otentisitas candi itu sendiri. Pasalnya, mengacu ke Relief Gandawyuha, Borobudur kuat kemungkinan memang tak didesain dengan chattra.
"Yang ada di relief Gandawyuha itu memperlihatkan bahwa stupa besar (Borobudur) itu tidak ada chattranya, dan kita bisa melihat di Borobudur di masa lalu kemungkinan besar tidak ada chattranya," jelasnya.
Lanjut Aditya, kajian meyakini jika arsitek Borobudur paham benar kondisi alam di sekitar candi, seperti banyak petir serta lokasinya yang berada di daerah patahan, sehingga rawan gempa.
Pemasangan chattra dianggap cuma akan membahayakan orang-orang di sekitarnya saat petir ramai menyambar atau gempa mengguncang hebat.
"Memperhatikan kondisi geografis Indinesia, kita kan ring of fire, bencana kan banyak. Apalagi posisi Borobudur pasti terkena abu vulkanik Merapi dan tentu akan membahayakan jika kena chattra dan itu sudah dipertimhangkan seribu tahun lalu," paparnya.
Bukti lain stupa induk tak didesain untuk pemasangan chattra yakni tidak ditemukannya sambungan pada bagian yasti.
Lalu, dari mana asal chattra hasil tinggalan Insinyur Belanda, Theodoor van Erp yang mau dipasang di stupa induk Borobudur?