Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman. (Dok. Istimewa)
Tak tanggung-tanggung, limbah buah yang dihasilkan Pasar Induk Gemah Ripah setiap harinya dikelola koperasi menjadi biogas yang digunakan untuk listrik cadangan operasional pasar dan bahan bakar gas. Menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, University of Boras asal Swedia, lpdp, melalui Waste Refinery Center (WRC), NUTEK, dan Sida, Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah membangun instalasi biogas pengelolaan sampah buah menjadi energi listrik dan bahan bakar memasak.
Ketua Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah, Mafthuhin menuturkan, dari 4 hingga 6 ton limbah yang dihasilkan setiap harinya, instalasi biogas dapat mengolah sekitar 1 ton limbah buah, khususnya buah dengan tingkat keasaman rendah seperti semangka, melon, belimbing, mangga, nanas, dan buah naga. Khusus limbah buah jeruk, instalasi biogas hanya dapat mengolah sebanyak 20 persen atau setara 2 kuintal dari 1 ton kuota limbah buah yang tersedia per harinya.
“Pengelolaan limbah buah biogas ini didahului dengan pengembangbiakan bakteri dibantu kotoran sapi. Selama ini kita hanya memasukkan buah-buah yang kadar asamnya ga banyak, seperti melon, semangka, buah naga, belimbing, mangga. Berdasarkan bantuan penelitian dari UGM, kalau jeruk masuk ke situ, bakterinya akan mati dan menghidupkan bakterinya lagi itu susah sekali. Setelah dilakukan uji coba, ternyata maksimal hanya bisa masuk 20 persen limbah buah jeruknya,” jelas Mafthuhin, Jumat (2/8/2024).