Ilustrasi pendaftaran penerima bansos. (ANTARA FOTO)
Kepala Dusun Nangsri, Jawadi mengatakan pemotongan sudah menjadi kesepakatan bersama antara pemuda dan lima pengurus RT.
"Ini kearifan lokal untuk iuran yang diberikan kepada anak yatim piatu dan warga yang sama sekali belum menerima bantuan dari pemerintah," ucapnya.
Menurut Jawadi di Padukuhan Nangsri terdapat 18 penerima BLT dana desa dan 11 penerima BST. Dari kesepakatan warga, bagi penerima BLT yang sebenarnya tidak layak diminta iuran Rp600 ribu. Sedangkan bagi 11 penerima BST diminta iuran sebesar Rp300 ribu. "Jadi ini sudah kesepakatan warga," katanya.
Sampai saat ini, kata Jawadi, jumlah uang iuran dari pemotongan BLT dan BST sudah terkumpul Rp7,6 juta. Uang tersebut kemudian dibagikan kepada 15 anak yatim piatu Rp150 ribu per anak. Sedangkan sisanya dibagikan kepada warga yang tidak menerima bantuan sebesar Rp300 ribu.
"Jadi uang sudah kami salurkan sesuai kesepakatan warga," ungkapnya.
Kepala Desa Srihardono, Awaludin mengaku tidak mengetahui adanya pemotongan bansos di Padukuhan Nangsri. Namun pihaknya akan memastikan bahwa bansos tidak boleh dipotong.
"Dari data awal, penerima BST sebanyak 406 kepala keluarga namun setelah diverifikasi hanya 334 kepala keluarga yang layak menerima BST," ucapnya.