Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Malioboro (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Yogyakarta, IDN Times - Asosiasi Pedagang Kaki Lima Yogyakarta (APKLY) menyatakan keberatan atas wacana Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemkot Yogyakarta merelokasi PKL di sekitaran Malioboro.

Rasa berat hati ini mereka ungkapkan melalui peluncuran pin bertuliskan 'Malioboro Indah Tanpa Memindah'.

"Penanda kesiapan kami ditata sedemikian rupa tanpa dipindah. Kami meyakini sepenuhnya kami dan Malioboro dapat diubah indah tanpa memindah," kata Ketua DPD APKLY, Wawan Suhendra, Jumat (10/12/2021).

1. Kawasan ikonik tiada duanya

Ilustrasi PKL Malioboro. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

APKLY meyakini PKL juga bisa berkontribusi dalam upaya mempercantik Malioboro yang unik dan tak bisa ditemukan bahkan di kota-kota besar lain seperti Malang, Solo, bahkan Bandung.

Keinginan Pemda DIY yang ingin menyulap Malioboro menjadi layaknya Orchard Road, Singapura, malah justru dianggap APKLY menghilangkan daya tariknya.

"Malioboro sudahlah Malioboro. Kenapa harus Malioboro yang diubah. Apa tidak ada tempat lain di Jogja yang akan dibuat seperti Malioboro. Kota-kota lain seperti Bandung, Tegal, Solo, Malang, mereka ingin mengubah kotanya seperti Malioboro, lha kenapa Malioboro yang sudah sedemikian unik menarik malah akan diubah, harapan kami kalau mau membuat perubahan jangan di Malioboro," paparnya.

Wawan menyebut keberadaan PKL justru menjadi pembeda sekaligus magnet bagi wisatawan. Pengunjung, klaim Wawan, merasakan sensasi berbeda ketika berbelanja suatu barang di Malioboro dan di lokasi lain. Sekalipun di luar sana harganya bisa lebih murah dan kualitasnya lebih bagus.

"Dan kami merasa kami tidak membuat mengurangi kenyamanan wisatawan yang datang ke Jogja. Kami masih di luar trotoar, mereka masih berjalan dengan nyaman, dan hal yang penting, istimewanya kami itu bukan di barangnya, yang bikin istimewa itu adalah tempatnya," tegas dia.

2. Tak ada klausul relokasi untuk sumbu filosofi

Editorial Team

Tonton lebih seru di