Yogyakarta Gamelan Festival #24 ada Lagi, Jangan Sampai Gak Nonton! 

Diadakan dari tanggal 22-24 Agustus

Kota Yogyakarta, IDN Times- Pertama kali diadakan pada tahun 1995, Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) #24 kembali menyapa masyarakat Yogyakarta pada tanggal 19 hingga 24 Agustus 2019. Sebagai pembuka festival, Komunitas Gayam 16 selaku penyelenggara mengadakan acara "Gaung Gamelan" di Titik Nol Kilometer pada Senin (19/8).

Menurut Master Gamelan Komunitas Gayam 16 sekaligus pegiat Divisi Program YGF #24 Sudaryanto, selain di Titik Nol Kilometer, "Gaung Gamelan" juga diselenggarakan di tiga titik berbeda. Ketika lokasi itu antara lain Dukuh Kemiri Kecamatan Pakem oleh Sedyo Manunggal, GKJ Sawokembar Kecamatan Gondokusuman oleh Pradangga Sawokembar, dan Desa Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro oleh Omah Gamelan.

"Gaung Gamelan" Awali Penyelenggaraan Yogyakarta Gamelan Festival #24

1. Melibatkan HMJ Karawitan Institut Seni Yogyakarta

Yogyakarta Gamelan Festival #24 ada Lagi, Jangan Sampai Gak Nonton! IDN Times/Nindias Khalika

Khusus di Titik Nol Kilometer, "Gaung Gamelan" menampilkan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Karawitan Institut Seni Yogyakarta (ISI). Mereka menampilkan satu gending berjudul "Santi Mulyo" dan tiga komposisi di antaranya "Api Revolusi" dan "Mars 2016". Sudaryanto mengatakan lagu "Santi Mulyo" dimainkan tak hanya oleh HMJ Karawitan ISI tapi juga kelompok lain di tiga lokasi berbeda.

"Mereka memainkan 'Santi Mulyo' serentak di empat titik. Sementara lagu sisanya tergantung masing-masing kelompok," ujarnya.

Baca Juga: Nyanyi Bareng Maliq & D’Essentials di Road to Soundrenaline Yogyakarta

2. Rangkaian dari YFG #24

Yogyakarta Gamelan Festival #24 ada Lagi, Jangan Sampai Gak Nonton! IDN Times/Nindias Khalika

Sudaryanto mengatakan "Gaung Gamelan" merupakan bagian dari rangkaian YGF #24 yang dilaksanakan tanggal 19 hingga 24 Agustus. Acara ini telah diadakan dua kali sejak tahun 2018

"Kenapa kami memilih tema 'Gaung Gamelan' karena dari suara gamelan, cara bermain gamelan dan menata gamelan kita belajar kalau gamelan penuh dengan tatanan, kesopanan, juga ajaran kalau pemain gamelan tidak bisa sendiri dan mesti bermain sama-sama. Dan ketika kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam segi apapun akan menumbuhkan rasa sebagai manusia yang memiliki kedudukan lebih tinggi," ujarnya.

3. Mengikuti konsep Jawa

Terkait ide menyelenggarakan di empat titik lokasi, Sudaryanto menjelaskan pihaknya mengikuti konsep Jawa, yakni Kiblat Papat Lima Pancer.

"Tapi bukan hanya itu, kebetulan kami ada di tengah dan teman-teman kami banyak ada yang timur, barat, utara, serta selatan dan ketika mereka ingin membantu acara ini tapi karena agenda berbeda-beda maka kami fasilitasi," katanya.

Di YGF #24 kali ini, kata Sudaryanto, ada kelompok gamelan dari luar dan dalam negeri yang akan berpartisipasi dalam program Pagelaran yang akan diadakan tanggal 22 hingga 24 Agustus di Plaza Ngasem Yogyakarta.

"Dari luar negeri yang sudah konfirmasi ada tiga penampil yaitu dari Jerman, Jepang, dan Perancis. Sementara dari dalam negeri, ada delapan penampil, dari Jogja, Solo, dan Jepara," jelasnya.

Menurutnya, antusiasme penampil luar negeri lebih tinggi daripada pemain gamelan Indonesia.

"Cuma kendalanya kami membuat program dan sekarang yogyakarta banyak acara kami harus buat acara di sela-sela itu. Ketika sudah jadi tanggal, teman-teman luar negeri sudah mencatat tanggal tahun sebelumnya yang beda, jadi mereka ada masalah perihal tiket, izin tinggal, dan sebagainya," ujarnya.

Baca Juga: Memupuk Toleransi di Bantul Lewat Instrumen Gamelan

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya